ANALISA KEGAGALAN KUALITAS DAN KUANTITAS PERKERASAN LENTUR
Muhammad Shalahuddin Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekan Baru Riau HP. 081365748005 email :
[email protected] Abstrak Kegagalan konstruksi perkerasan lentur seperti settlement atau crack sering terjadi akibat kualitas dan kuantitas yang kurang. Lapis perkerasan lentur jalan raya terdiri dari beberapa lapis mempunyai nilai kekuatan dan elastisitas yang bertingkat-tingkat. Dari lapisan yang terbawah sampai lapisan yang teratas, kekuatannya meningkat secara bertahap sedangkan elastisitasnya menurun secara bertahap pula. Untuk menganalisa kegagalan konstruksi perkerasan lentur maka perlu dilakukantest pit, Sand cone test, uji DCP, Proctor test, CBRlaboratorium test , Sieve analysis test dan uji kadar air pada tanah timbun dan lapis pondasi serta uji Core Drill, Marshal test, Extraction test dan sieve analysis testpada lapis permukaan. Ketebalan AC-BC dan AC-WCpada beberapa titik uji adalah5,30 cm; 5,57 cm; 6,30 cm; 5,85 cm; 7,75 cm; 4,75 cm dan 7,26 cm lebih kecil dari ketebalan reviewdesign 8 cm. Ketebalan agregat base kelas B pada beberapa titik uji adalah 6,9 cm; 15 cm dan 7 cm lebih kecil dari ketebalan review design 23,30 cm. Ketebalan tanah timbun pada beberapa titik uji adalah 40 cm; 15 cm; 40 cm, sebahagiannya lebih kecil dari ketebalan review design 40 cm. . Kepadatan hotmix pada beberapa titik uji adalah 91,41 %; 89,50 %; 93,14 %; 95,66 %; 92,49 %; 91,97 %; 92,01 %; 94,57 %; 89,15 % dan 91,10 % lebih kecil dari spesifikasi 98 %. Stabilitas AC-BC pada beberapa titik uji adalah 421,39 kg; 220,04 kg; 461,14 kg; 432,06 kg; 540,07 kg; 538,96 kg; 315,73 kg dan 1065,70 kg, sebahagiannya lebih kecil dari spesifikasi 800 kg. Gradasi hot mix hanya mewakili hotmix jenis AC-BC dan tidak mewakili AC-WC. Kepadatan agregat base kelas B pada dua titik uji adalah 100,92 % dan 83,70 %, sebahagiannya lebih kecil dari spesifikasi 100 %. Nilai CBR agregat base kelas B 37,41 % lebih kecil dari spesifikasi 60 %, dan kepadatan tanah timbun pada dua titik uji adalah 76,71 % dan 64,70 % lebih kecil dari spesifikasi 95 %. Kegagalan konstruksi terjadi karena kuantitas tidak sesuai dengan kuantitas review designdan kualitas kerja tidak sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010. Key word : Kegagalan, Perkerasan lentur, Kuantitas, Kualitas. 1. Pendahuluan Lapisan perkerasan lentur jalan raya seperti Gambar
yang terdiri dari hotmix yang mempunyai nilai
1 terdiri dari lapis tanah dasar (subgrade), lapis
struktur dan hotmix lapis aus. Ketebalan masing-
pondasi bawah (sub base) yang terdiri dari agregat
masing lapisan sesuai dengan nilai Indeks Tebal
base kelas B, lapis pondasi atas (base) yang terdiri
Perkerasan (ITP) yang ada.
dari agregat base kelas A, dan lapis permukaaan
A
Daerah milik jalan (DMJ) 2%
Salur an
Salur an
A
Bahu jalan a.
Badan jalan yang ada
Bahu jalan Gambar potongan melintang badan jalan
Laston Lapis Tack coat Aus Laston Lapis Antara Prime coat Aggregate
Lapis permukaan
Lapis pondasi atas
base class A Aggregate base class B lapis tanah dasar (subgrade) atau tanah timbun b.
Lapis pondasi bawah
Detail potongan A
-A Gambar 1 Lapis perkerasan lentur jalan raya.
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
7
Lapis perkerasan lentur jalan raya yang terdiri dari
base kelas A akan menjadikan lapisan ini terjadi
beberapa lapis mempunyai nilai kekuatan dan
kesenjangan (gap) kekuatan dan elastisitas antar
elastisitas yang bertingkat-tingkat. Dari lapisan yang
lapisan yang mengakibatkan kerusakan, hal ini tidak
terbawah sampai lapisan yang teratas, kekuatannya
sesuai untuk memikul beban lalu lintas yang dinamis.
meningkat secara bertahap sedangkan elastisitasnya
Spesifikasi Bina Marga 2010 memberikan batasan
menurun secara bertahap pula. Apabila ditiadakan
kekuatan dan kepadatan seperti Gambar 2.
salah satu dari lapisannya seperti meniadakan agregat Laston Lapis Tack coat Aus Laston Lapis Antara Prime
Stabilitas ≥ 800 kg, flow ≥ 3 mm Stabilitas ≥ 800 kg, flow ≥ 3 mm
Lapis permukaan
CBR ≥ 90 %
Lapis pondasi atas
coat Aggregate base class A Aggregate base class B
D ≥ 98 %
Lapis pondasi bawah
CBR ≥ 60 %
Tanah timbun
D ≥ 98 % D ≥ 100 %
D ≥ 100 %
D≥ 95 %
CBR ≥ 6 % dan tida
Gambar 2Batasan kekuatan dan kepadatan menurut spesifikasi Bina Marga 2010. k A-7-6
Latar Belakang Kegagalan
perkerasan
lentur
yang
berupa
penurunan (settlement) dan keretakan (crack) lapis permukaan badan jalan sebelum umur rencana seperti Gambar3.Penurunan (crack)
lapis
(settlement)
permukaan
bisa
dan
keretakan
terjadi
karena
berkurangnya kualitas dan kuantitas pekerjaan, pengujiannya di lapangan seperti Gambar 3. Muatan berlebih tidak dapat dijadikan alasan karena sudah ada hasil survey rencana lalu-lintas harian rata-rata dan perhitungan peningkatan arus lalu-lintas per tahun.
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
8
pilihan. Batasan tanah timbun biasa adalah sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yangdiklasifikasikan
sebagai
A-7-6
atau
CH.
Tanah plastis tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan, timbunan harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari 6% (CBR setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD). Tanah timbun pilihan adalah yangmemiliki CBR Gambar 3. Kegagalan badan jalan, uji core drill, test
paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila
pit dan uji sand cone.
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering.Batasan kepadatan untuk tanah timbunan adalah lapisan (Cumulative
tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah
Damage)pada setiap bagian-bagian jalan dapat
elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 %
menunjukkan lokasi mana yang perlu memperoleh
dari kepadatan kering maksimum. Lapisan tanah
overlay. Jika kerusakan kumulatif aktual nilainya
pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
lebih besar dari yang diijinkan, maka pada lokasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 %
jalan tersebut perlu dilakukan overlay. Hal ini berarti
dari kepadatan kering maksimum. Untuk timbunan,
struktur perkerasan tersebut berada dalam kondisi
paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang
yang buruk dan perlu diperbaiki secepatnya (Tofan
lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter
Ferdian dkk, 2008).
kubik bahan timbunan yang dihampar.
Nilai
kerusakan
kumulatif
Potensi pengembangan dan tingkat aktifitas tanah dasar kategori tinggi sampai sangat tinggi dapat mengakibatkan kegagalan konstruksi jalan (Surat, 2011).
Lapis pondasi Lapis pondasi terdiri dari lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Material lapis pondasi atas
Berdasarkan
hal
diatas
maka
dilakukan
penelitian terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan jalan.
adalah agregat base kelas A, sedangkan material lapis pondasi bawah adalah agregat base kelas B.Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A,
Tujuan
Kelas B
dan Kelas S.
Pada
umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kualitas pekerjaan sesuai dengan spesifikasi Bina
Marga
2010
dan
mengetahui
apakah
kuantitassesuai dengan gambarrencana. Landasan Teori
mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S akan digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam Spesifikasi Bina Marga 2010.
Lapis tanah dasar (subgrade) terdiri dari tanah asli atau tanah timbun, sedangkan tanah timbun
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas
terdiri dari tanah timbun biasa atau tanah timbun
dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
9
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
gradasi
setelah
yang diberikan dalam Tabel2.
dipadatkan
harus
memenuhi ketentuan
seperti Tabel 1 dan memenuhi sifat-sifat
Tabel 1. Gradasi lapis pondasi agregat. Ukuran ayakan ASTM (mm) 2” 50 1 ½” 37,5 1” 25,0 3/8” 9,50 No. 4 4,75 No. 10 2,0 No. 40 0,425 No. 200 0,075
Kelas A 100 79 - 85 44 - 58 29 - 44 17 - 30 7 - 17 2-8
Persentase berat yang lolos Kelas B 100 88 - 95 70 - 85 30 - 65 25 - 55 15 - 40 8 - 20 2-8
Kelas S
89 - 100 55 - 90 40 - 75 26 - 59 12 - 33 4 - 22
Tabel 2. Sifat-sifat lapis pondasi agregat. Sifat – sifat Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos Ayakan No.200 Batas Cair (SNI 1967:2008) Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-1996) CBR (SNI 03-1744-1989)
Lapis permukaan
Kelas A 0 – 40 % 0-6 Max 25 0 - 25 0–5% Min. 90 %
Kelas B 0 – 40 % 0 - 10 0 - 35 0–5% Min. 60 %
Kelas S 0 – 40 % 4 - 15 0 - 35 0–5% Min. 50 %
- Lapis Aspal Beton (Laston) atauAC, terdiri dari AC Lapis Aus (AC-WC), AC.
Lapis permukaan campuran aspal panas terdiri dari : -
Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 3.
- Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) atauHRS, terdiri dari HRS Pondasi (HRSBase) dan HRS Lapis Aus (HRSWearingCourse, HRS-WC).
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
10
Tabel 3Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal. Ayakan
Latasir (SS)
Lataston (HRS)
(mm)
Gradasi Senjang Kelas A
Kelas B
WC
3
Laston (AC)
Gradasi Semi Senjang
Base
WC
2
Base
Gradasi Kasar1
Gradasi Halus WC
BC
Base
37,5
WC
BC
Base
100
25 19
100
100
12,5 9.5
90 - 100
75 - 100
73 - 90
100
90 - 100
73 - 90
100
90 - 100
90 - 100
90 - 100
90 - 100
90 - 100
74 - 90
61 - 79
90 - 100
71 - 90
55 - 76
75 - 85
65 - 90
55 - 88
55 - 70
72 - 90
64 - 82
47 - 67
72 - 90
58 - 80
45 - 66
54 - 69
47 - 64
39,5 - 50
43 - 63
37 - 56
28 - 39,5
50 – 72
35 – 55
39,1 - 53
34,6 - 49
30,8 - 37
28 - 39,1
23 - 34,6
19 - 26,8
3
3
50 - 62
32 - 44
15 - 35
31,6 - 40
28,3 - 38
24,1 - 28
19 - 25,6
15 - 22,3
12 - 18,1
20 - 45
15 - 35
23,1 - 30
20,7 - 28
17,6 - 22
13 - 19,1
10 - 16,7
7 - 13,6
15 - 35
5 - 35
15,5 - 22
13,7 - 20
11,4 - 16
9 - 15,5
7 - 13,7
5 - 11,4
9 - 15
4 -13
4 - 100
6 -13
5 - 11
4,5 - 9
4 - 10
4-8
3-6
4 - 10
4-8
5-7
0,15 8 - 13
90 - 100
100
0,3
10 - 15
90 - 100
100
35 - 60
0,075
100
100
1,18 0,6
90 - 100
100
4,75 2,36
100
100
6 - 10
2-9
6 - 10
4-8
Ketentuan sifat campuran Laston AC seperti Tabel 4. Tabel 4.Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran
Lapis Aus Halus Kasar 5,1 4,3
Kadar aspal efektif (%) Penyerapan aspal (%) Jumlah tumbukan per bidang Rongga dalam campuran (%)
Maks. 75 Min. Maks. Min. Min. Min.
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Rongga Terisi Aspal (%) Stabilitas Marshall (kg) Pelelehan (mm) Marshall Quotient (kg/mm) Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal)
Sebelum
dilakukan
evaluasi
Laston Lapis Antara Halus Kasar 4,3 4,0 1,2
800 3 250
Min. Min. Min.
dan
13 60 1800 4,5 300
90
Min.
struktural
112 3,5 5,0 14 63
15 65
Pondasi Halus Kasar 4,0 3,5
2,5
2. Metodologi
fungsional, sebagai analisis awal kondisi suatu perkerasan dapat dilihat besarnya lendutan dan nilai IRI yang terjadi pada suatu ruas jalan dan titik yang sama. Dari data lendutan dan nilai IRI
terlihat
bahwa nilai IRI saja tidak cukup untuk digunakan dalam menentukan apakah suatu perkerasan perlu
Pekerjaan kualitas yang ada dibandingkan dengan spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 dan pekerjaan kuantitas yang ada dibandingkan dengan gambar review design. Untuk penelitian kualitasdi lapangan adalah :
dilakukanoverlay (Nada, 2004). Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
11
-
test pit padatanah timbun dan Sand cone
-
-
test pit padatitik 1,titik2 dan titik 3 untuk
testpada titik 1, titik 2 dan titik 3.
mengetahui
test pit pada agregat base kelas B dan Sand
ketebalan agregat base kelas B.
cone testpada titik 1, titik 2 dan titik 3. -
-
-
ketebalan
tanah
urug
dan
uji Core Drill untuk mengetahui ketebalan
Uji CBR lapangan dengan alat DCPpada titik
lapis permukaan AC-BC dan AC-WC pada titik
1, titik 2 dan titik 3.
1 L/R, titik 2 L/R, titik 3 L/R, titik 4 L/R, titik 5
uji
Core
Drilluntuk
mengetahui
derajat
L/R, titik 6 L/R dan titik 7 L/R.
kepadatan lapis permukaan AC-BC dan ACWC pada titik 1 L/R, titik 2 L/R, titik 3 L/R, titik 4 L/R, titik 5 L/R, titik 6 L/R dan titik 7
3. Hasil dan Pembahasan
L/R. Hasiluji Ketebalan hotmix AC-BC dan AC-WC Penelitian kualitas di laboratorium adalah : -
Extraction testdan sieve analysis test sampel
dibandingkan dengan gambar review design seperti pada Tabel 5, ketebalannya terlihat kurang.
hotmixpada titik 1 dan titik 2.. -
Tabel 5. Tebal AC-BC dan AC-WC
Marshall test sampel hotmix pada titik 1 L, titik 2 L/R, titik 3 L/R, titik 4 L/R, titik 5 L, titik 6 L, dan titik 7 R.
-
Proctor test, CBRlaboratorium test , Sieve analysis test
dan uji kadar air sampel agregat base
kelas B pada titik 1 dan titik 2.
Sta. Titik 1 L/R Titik 2 R/L Titik 3 L/R Titik 4 R/L Titik 4 L/R Titik 5 R/L Titik 6 L/R
Tebal AC-BC dan AC-WC, cm SampelCore Review Design 5,30 8 drill 5,75 8 6,30 8 5,85 8 7,75 8 4,75 8 7,26 8
Penelitian kuantitasyang dilakukan adalah :
Hasiluji Kepadatan hotmix AC-BC dibandingkan
Marga seperti pada Tabel 6, terlihat bahwa hotmix
dengan Job Mix Formula AC-BCdan Spesifikasi Bina
AC-BC
kurang
padat.
Tabel 6. Kepadatan hotmix AC-BC No
Sta.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik 1 L R Titik 2 R L Titik 3 L R Titik 4 R L Titik 5 L R Titik 6 L Titik 7 R
Kepadatan, Kepadatan, % Keterangan Hasil JMF Lapangan Spesifikasi Khusus Umum gr/cm3 2,106 91,41 Lab. Sampel hancur Kondisi sampel core drill 2,062 89,50 - ada sebahagian sampel : yang hancur. 2,146 93,14 2,204 95,66 - Kepadatan kurang. 2,131 92,49 2,304 98,00 2,119 91,97 2,120 92,01 2,179 94,57 Sampel hancur 2,054 89,15 2,099 91,10
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
12
Hasil uji stabilitas yang dilaksanakan dari
dibuat dari sampel AC-BC yang diambil dari
sampel core drillseperti pada Tabel 7. Dari Tabel 7
lapangan pada saat sebelum dihamparkan yang
terlihat bahwa hotmix AC-BC stabilitasnya lebih
diambil dari finisher. Sampel uji stabilitas yang
rendah dari spesifikasi Bina Marga. Sebenarnya
dilakukan pada sampel core drill tidak mewakili,
sampel uji stabilitas adalah specimen yang yang
tetapi hanya sebagai data pendukung saja.
Tabel 7. Stabilitas hotmix AC-BC. No
Sta.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik 1 L R Titik 2 R L Titik 3 L R Titik 4 R L Titik 5 L R Titik 6 L Titik 7 R
Hasil Lab. 421,39 220,04 461,14 432,06 540,07 538,96 315,73 1065,7
Stabilitas, kg JMF Spesifikasi
Keterangan Stabilitas lapangan lebih kecil dari stabilitas spesifikasi Bina Marga
1171
800,00
Hasil uji extraction terhadap sampel test
menurut JMF maupun batasan spesifikasi Bina
pitseperti Tabel 8.kadar aspal memenuhi kadar aspal
Marga.
Tabel 8.Kadar aspal hotmix AC-BC. Sta.
1
Titik 1
Hasil Lab. 5,41
2
Titik 2
5,70
Kadar Aspal, % JMF Spesifikasi 5,30
Data sieve analysis seperti Gambar 4menunjukkan bahwa gradasi sampel material hotmix yang diambil dari titik 1 dan titik 2 adalah hotmix jenis AC-BC. Dari Gambar 5 terlihat bahwa hotmix AC-WC
80
mm 10 100 Gambar 4. Garis gradasi hotmixtitik 1 dan titik 2 terhadap
Batas Atas AC - BC
0,1 Diameter1butir,
spesifikasi AC- BC. 100
20
80
Persentase lolos, %
40
60
0,1 Diameter1butir,
Batas Atas AC - BC Batas Bawah
40
60
0 0,01
Kadar aspal lebih banyak lapangan
60
0 0,01
100
Persentase lolos , %
100
Keterangan
20
gradasinya keluar dari batasan AC-WC.
80
4,30
Persentase lolos, %
No
mm 10
100
Batas Atas AC-WC Batas Bawah
40 20
0 0,01
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
0,1 Diameter1butir,
mm 10
100
13
100
Hasil uji Kepadatan tanah urug seperti pada Tabel 11.
Persentase lolos, %
Batas Atas AC - WC Batas Bawah
80 60
Tabel 11. Derajat kepadatan tanah urug di lapangan.
40
No. 1 2
20
\
0 0,01
0,1 Diameter1butir,
mm 10
Sta. Titik 1 Titik 2
Derajat Kepadatan, % 76,71 64,70
100
Gambar 5. Garis gradasi hotmixtitik 1dan titik2 terhadap spesifikasi AC-WC. Hasil uji Kepadatan agregat base kelas B seperti pada Tabel 9.
Dari Tabel 11 terlihat bahwa kepadatan tanah urug pada titik 1 dan titik 2 kepadatannya kurang. Hasil uji proctor dan CBR tanah urug seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil uji proctor dan CBR.
Tabel 9 Derajat kepadatan agregat base B di lapangan. No. Sta. Derajat Kepadatan, % 1 Titik 1 100,92 2 Titik 2 83,70 Dari Tabel 8 terlihat bahwa kepadatan agregat
No. Deskripsi Uji proctor : 1 OMC (%) MDD (gr/cm3) 2 Uji CBR : CBR (%)
Nilai 12,50 1,777 21,73
base kelas B pada titik 1 cukup baik tetapi kepadatan pada titik 2 kurang. Hasil uji proctor, CBR dan sieve analysis agregat base kelas B seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil uji proctor, CBR dan sieve analysis. No. 1 2
3
Deskripsi Uji proctor : OMC (%) MDD (gr/cm3) Uji CBR : CBR (%) Sieve analysis :
Persentase Lolos, %
Nilai 7,40 2,14 37,41 2" 1" 3/4 " 3/8 " 4 10 20 40 60 100 200 Pan
100,00 86,88 76,68 60,38 49,26 34,32 25,48 15,40 11,00 8,10 3,80 0,04
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
14
Perbandingan antara hasil penelitian lapangan pada titik 1 dengan gambar kerja dapat dilihat pada Gambar 6.
5,75 cm 6,9 cm
AC - BC
Kepadatan relatif = 93,14 %
Ag. Base Kelas B
CBRlab. =37,41 %
4 cm 4 cm
AC – WC AC - BC
20 cm
Ag. Base Kelas B
40 cm
Tanah Urug
Kelas B 40 cm
CBRlab. = 21,73 % CBRlap. = ............. % CBRlap. = 10,22 % CBRlap. = 3,19 %
Tanah Urug
Tanah asli Tanah asli Gambar a. Hasil uji titik 1 ( data test pit dan data uji Gambar b. Gambar rencana Core Drill ) Gambar 6. Sketsa hasil penelitian dan gambar kerja pada titik 1. Dari Gambar 6terlihat bahwa tanah urug tebalnya cukup, agregat base kelas B tebalnya kurang dan lapisan hotmix tebalnya kurang serta kepadatannya kurang.
Perbandingan antara hasil penelitian lapangan pada
Gambar 7. Sketsa hasil penelitian dan gambar kerja
titik2 dengan gambar kerja dapat dilihat pada Gambar
pada titik 2.
7. Dari Gambar 7 terlihat bahwa tanah urug 5,85 AC - BC cm 15 cm Ag. Base Kelas B 15 cm
Tanah Urug
Kepadatan relatif = 92,01 % lab. = 37,41 % CBR
tebalnya cukup tetapi kepadatannya kurang, agregat
Kepadatan relatif = 100,92% CBRlab. = 21,73 %
cukup dan lapisan hotmix tebalnya kurang serta kepadatannya kurang.
CBRlap. = 2,62 %
CBR lap. = ............. Kepadatan relatif%= 71,71 CBR = 2,62 lap. % Tanah asli Gambar a. Hasil titik % 2 (data test pit dan data uji Core Drill) 4 4 cm cm 20 cm
base kelas B tebalnya kurang tetapi kepadatannya
AC – WC AC - BC Ag. Base Kelas B
Perbandingan antara hasil penelitian lapangan pada titik 3dengan gambar kerja dapat dilihat pada Gambar 8. 7,25 cm 7 cm
AC - BC Ag. Base Kelas B
40 cm Tanah Urug 15 cm
Tanah Urug
Kepadatan relatif = 91,10 % lab. = 37,41 % CBR Kepadatan relatif = 83,72
CBR % lab. = 21,73 %
CBRlap. = 9,17 % Kepadatan relatif = 64,70 %
CBRlap. = ............. % CBRlap. = 2,83 Gambar a. Hasil titik 3 (data%test pit dan data ujiCoreDrill) Tanah asli
Tanah asli Gambar b. Gambar Kerja
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
15
Gambar 9. Sketsa hasil gambar kerja dan review 4 AC – AC 4 cm WC BCKelas cmcm Ag. Base 20
Kepadatan spek. B. M = 100 % Kepadatan relatif = 98 % CBR spek B. M = 6 %
B 40 cm
design. CBR spek. B. M = 60 %
Tanah Urug
Kepadatan spek. B M = 95 CBRlap. = ............. % % CBR = 2,83 %
Tanah asli Gambar b. Gambar Kerja
Dari Gambar 9 terlihat bahwa setelah dilakukan review design, tebal LPA 23,30 cm, tebal LPB 20 cm, tebal AC-BC 4 cm dan tebal AC-WC 4 cm, seharusnya dilaksanakan
dengan tetapi
konstruksi yang
seperti
inilah
dilaksanakan
justru
konstruksi seperti Gambar a yang tidak mempunyai dasar perencanaan.
Gambar 8. Sketsa hasil penelitian dan gambar kerja pada titik 3. Dari Gambar 8 terlihat bahwa tebal tanah urug pelaksanaan sesuai dengan tebal gambar kerja tetapi kepadatan lapangan lebih kecil dari batasan Bina Marga. Ketebalan agregat base kelas B pelaksanaan 7 cm lebih kecil dari Gambar kerja 20 cm sedangkan kepadatan lapangan lebih kecil dari kepadatan batasan Bina Marga. Ketebalan lapisan hotmix kurang serta kepadatannya kurang. Perbandingan antara gambar kerja dan review design dapat dilihat pada Gambar 9. 4 4 cm cmcm 20
AC – AC WC BCBase Kelas B Ag.
4. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah : - Ketebalan AC-BC dan AC-WC 5,30 cm, 5,57 cm, 6,30 cm, 5,85 cm, 7,75 cm, 4,75 cm dan 7,26 cm lebih kecil dari ketebalan review design 8 cm. Ketebalan agregat base kelas B 6,9 cm, 15cm dan 7cm lebih kecil dari ketebalan review design 23,30 cm.Ketebalan tanah timbun 40 cm,15 cm, 40 cm, sebahagiannya lebih kecil dari ketebalan review design 40 cm.Ketebalan lapis permukaan AC-BC dan AC-WC. - Kepadatan hotmix91,41 %, 89,50 %, 93,14 %, 95,66 %, 92,49 %, 91,97 %, 92,01 %, 94,57 %, 89,15 % dan 91,10 % lebih kecil dari spesifikasi 98 %.Stabilitas AC-BC 421,39 kg, 220,04 kg,
40 cm
Tanah Urug
461,14 kg, 432,06 kg, 540,07 kg, 538,96 kg, 315,73 kg dan 1065,70 kg, sebahagiannya lebih
Tanah asli Gambar a. Gambar Kerja cm 44 cm 20 cm
AC – WC ATB LPA
kecil dari spesifikasi 800 kg. Gradasihot mix hanya mewakili hotmix jenis AC-BC dan tidak mewakili AC-WC. Kepadatan agregat base kelas B 100,92 % dan 83,70 %, sebahagiannya lebih kecil dari spesifikasi 100 %. Nilai CBR agregat
23,30 cm
LPB Tanah Asli Gambar b. Gambar review design.
base kelas B 37,41 % lebih kecil dari spesifikasi 60 %, dan kepadatan tanah timbun 76,71 % dan 64,70 % lebih kecil dari spesifikasi 95 %. - Kegagalan konstruksi terjadi karena pelaksannaan tidak sesuai dengan gambar review design.
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
16
Everseries dan Metoda AASHTO 1993 .Studi kasus: Daftar Pustaka
Jalan
Tol
Jakarta
–
Cikampek.
InstitutTeknologi Bandung.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1993. Pedoman Penuntun Raya,
Tebal Perkerasan
No:
Lentur
01/PD/B/1993.
Jalan Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga.1995. Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten. Petunjuk
Teknis
Departemen
No.
Pekerjaan
024/T/Bt/1995,
Umum,
Direktorat
Jenderal Bina Marga. Gambar
Kerja
Kegiatan
Pembangunan
Jalan
Pekerjaan Jalan, Job Mix Formula AC - WC, Job Mix Formula AC
– BC, dan Review
Design Pekerjaan Pelebaran Jalan. Hardiyatmo, H.C. 2007. Pemeliharaan Jalan Raya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nada, Q.R. 2004. Analisa Kondisi Struktural dan Fungsional Perkerasan Jalan Tol: Studi Kasus Jalan Tol Jakarta-Cikampek Ruas Karawang Barat-Karawang Timur. Sistem
dan
Teknik
Program Magister Jalan
Raya,
InstitutTeknologi Bandung. Surat.
2011. Analisis Struktur Perkerasan Jalandi Atas Tanah Eksfansif (Studi Kasus : Ruas Jalan Purwodadi-Blora). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Spesifikasi Umum Bina Marga Buku XII Tahun 2010.Direktorat Pembinaan Jalan Kota.1990. Tata Cara Penyusunan Pemeliharaan Jalan Kota
(No. 018/T/BNKT/1990), Direktorat
Jendral Bina Marga Departemen PU. Jakarta. Tofan
Ferdian
dkk.
2008.
Analisis
Struktur
Perkerasan Lentur Menggunakan Program Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
17