Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman
Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa kekerasan ini biasanya berhubungan dengan nilai moral atau etis, untuk tidak menggunakan cara-cara kekerasan. Namun demikian, tindakan ini juga bisa dilihat bukan semata-mata sebagai pilihan moral dan etis. Menempatkan aksi tanpa kekerasan sebagai fenomena yang berbeda, dari sebatas nilai moral atau etis, akan lebih mengembangkannya sebagai cara yang pragmatis dan jauh dari konflik.
Pilhan aksi tanpa kekerasan mengacu pada pemikiran bahwa kekuasaan di dalam masyarakat, adalah berasal dari persetujuan dan sifat kepatuhan yang dimiliki masyarakat, atau kita mengenalnya dengan teori perjanjian masyarakat. Meski pada kenyataannya, jamak terjadi hal yang sebaliknya. Gambaran umum mengenai praktik kekuasaan di masyarakat seringkali memperlihatkan, seseorang atau kelompok yang memiliki kekayaan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan, maka orang atau kelompok tersebutlah yang akan menjadi pemegang kekuasaan. Sama halnya seperti perekonomian, yang merupakan salah satu subsistem dari sebuah— yang juga diatur oleh hukum—sistem kekuasaan, yang nampaknya dikelola berdasarkan uang dan kekuasaan, telah menjadi subsistem dari ribuan atau bahkan jutaan pola perilaku masyarakat yang lebih luas, dan melahirkan pola kepatuhan dari masyarakat. Akan tetapi jika masyarakat itu mengubah pola loyalitas, perilaku, dan kepatuhan mereka, maka keseimbangan kekuasaan di dalam masyarakat itu pun akan ikut berubah. Secara sederhana, jika masyarakat tidak patuh, maka para penguasa dan korporasi pun tidak dapat berkuasa.
Aksi tanpa kekerasan mencoba untuk menggunakan kekuasaan dengan cara menciptakan perubahan terhadap pola loyalitas, perilaku, dan kepatuhan masyarakat 1 © 2008 Hardy Merriman. *Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
secara kolektif. Prosesya dapat berlangsung secara dramatis, sebagai contoh ketika kita melihat apa yang terjadi pada perjuangan kemerdekaan India; pergerakan memperjuangkan hak-hak sipil di Amerika Serikat; beberapa perjuangan kaum buruh, seperti Pergerakan Serikat Petani di tahun 1960an; lengsernya kekuasaan Ferdinand Marcos di Filipina (1986); perlawanan terhadap Augusto Pinochet di Chili (1988); Apartheid di Afrika Selatan (1980 s.d.1990an); Slobodan Milosevic di Serbia (2000); dan sistem otoritarian di Ukraina (2004). Dalam praktik sehari-hari, perubahan pola tersebut juga dapat terjadi secara halus, misalnya gerakan masyarakat sipil untuk lebih memilih berbelanja produk lokal, memboikot suatu produk, atau bekerja untuk mengembangkan institusi atau perekonomian alternatif.
Gambaran umum dan contoh-contoh memperlihatkan banyaknya metode dan manifestasi dari pilihan aksi tanpa kekerasan. Secara umum aksi tanpa kekerasan dapat dibagi menjadi tiga kategori: (1) aksi pelaksanaan—ketika masyarakat melakukan aksi yang tidak diduga, atau melakukan aksi yang tidak seharusnya dilakukan; (2) aksi kelalaian—situasi ketika masyarakat tidak melakukan aksi yang seharusnya dilakukan; atau (3) kombinasi dari aksi pelaksanaan dan aksi kelalaian.1
Sebelum mendiskusikan lebih jauh mengenai pentingnya perubahan kepatuhan masyarakat dan pola perilakunya, penting untuk terlebih dahulu mengetahui perihal asal-muasal perilaku patuh dari masyarakat. Alasan kepatuhan suatu masyarakat tentu dapat berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, tetapi setidaknya ada dua alasan paling umum yang dapat temukan. Pertama, karena masyarakat merasa tidak ada perilaku alternatif yang dapat mereka pilih; dan Kedua, masyarakat kurang memiliki kepercayaan diri bahwa aksi mereka dapat menghasilkan sebuah perubahan. _____________________ 1
Gene Sharp, Mengobarkan Perjuangan Tanpa Kekerasan: Praktik Abad ke-20 dan Potensi Abad ke-21,
(Boston, MA: Penerbit Porter Sargent), 2005, hlm. 547
2 © 2008 Hardy Merriman. *Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
Banyak pula orang yang lupa bahwa sesungguhnya mereka merupakan pemegang kekuasaan di dalam masyarakat. Tentu saja pendidikan formal, pemerintah, sektor swasta, dan media, memperkuat anggapan bahwa kekuasaan hanya berada di antara beberapa individu di dalam pemerintahan atau korporasi besar, dan uang serta senjata (yang telah mereka monopoli) adalah sumber kekuatan yang paling utama. Hal ini telah memperkuat tujuan mereka dengan tepat dan sangat akurat. Oleh karenanya, pergerakan tanpa kekerasan, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat, bahwa dengan aksi kolektif mereka, masyarakat yang terorganisir dengan baik, memiliki visi yang sama, dan memiliki strategi, merupakan masyarakat yang kuat, bahkan lebih kuat dari militer dan uang sekalipun. Gerakan yang akan ditumbuhkan di tingkat akar rumput, jika ingin mendapatkan daya tarik dan dukungan, haruslah mengingat dan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut, serta terus mengingatkan masyarakat, bahwa masyarakat merupakan kekuatan yang sentral.
Gerakan yang berhasil tentunya tidak semata-mata mampu memberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka kuat, akan tetapi harus pula mampu mendemonstrasikan kekuatan masyarakat dengan jelas, tujuan yang mudah diraih, kemudian mendokumentasi dan mempublikasikan hasil atau kemenangan mereka. Salah satu contohnya adalah perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat, yang mampu mengonsentrasikan kekuatan mereka untuk melalukan penghapusan pemisahan (desegregasi) layanan bus-bus di Montgomery, Alabama pada 1955-1956, dan desegregasi beberapa tempat makan siang di Nashville pada tahun 1960. Kemudian pergerakan kemerdekaan India, yang fokus pada usaha untuk meraih konsesi dari the British on the Salt Acts (Undang-Undang Garam) dan undang-undang lainnya, pada tahun 1930-1931. Keberhasilan-keberhasilan itu merupakan salah satu kemenangan kecil, yang selanjutnya akan mengarah kepada tujuan besar dalam melakukan penghapusan segregasi di seluruh Amerika Serikat, atau dalam meraih kemerdekaan India dari Inggris. Keberhasilan dalam perjuangan tersebut juga telah memberikan 3 © 2008 Hardy Merriman. *Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
efek jangka panjang dan lebih luas. Kemenangan itu sekaligus memberikan contoh bagi masyarakat, bahwa gerakan yang mereka lakukan memiliki arti dan mereka mampu membuat perubahan, sehingga berimplikasi pada meningkatnya dukungan dan mobilisasi, yang mendorong pergerakan ini, baik dikancah nasional maupun internasional.
Pengalaman keberhasilan dalam pergerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat atau pergerakan kemerdekaan India, memperlihatkan bahwa tercapainya tujuan mereka, bukanlah semata-mata ditopang oleh nilai moral yang tinggi. Kemenangan tersebut dapat diraih karena adanya kerja keras, kreatifitas, dan analisis politik yang kuat. Pengalaman inilah yang dapat menjadi gambaran mengenai aksi tanpa kekerasan yang sukses. Namun, banyak pula yang mengabaikan hal-hal tersebut, banyak yang berasumsi bahwa aksi tanpa kekerasan sebatas aksi demonstrasi, ekspresi dari kekerasan, perintah moral, kebergantungan terhadap pemimpin yang karismatik, atau bahkan dianggap berhubungan dengan kekuatan mistis. Tidak, hal ini bukanlah merujuk pada hal itu semua, tidak juga mengacu kepada orang-orang yang memiliki ideologi pasifisme, atau secara etis memang mereka tidak mau melakukan kekerasan.
Aksi tanpa kekerasan mendasarkan diri pada orang-orang yang memiliki visi yang menyatukan masyarakat, mempunyai perencanaan strategi yang baik, komunikasi publik secara efektif, dan mampu mengidentifikasi pilihan metode yang sesuai dari suatu situasi. Tidak ada strategi satu untuk semua, aksi tanpa kekerasan merupakan aksi yang spesifik. Sedangkan prinsip-prinsip yang menyatukan pilihan aksi tanpa kekerasan ini antara lain: kekuasaan yang berdasarkan pada persetujuan dan kepatuhan; implementasi yang bergantung pada konteks dan masyarakat tertentu; menunjukan sebagai aksi publik yang tegas; perubahan yang tidak terlihat dalam pola pergerakannya, atau keduanya (umumnya gerakan memiliki variasi yang beragam pada taktik yang dirancang untuk digunakan dalam masyarakat yang memiliki tingkat 4 © 2008 Hardy Merriman. *Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
keterlibatan yang berbeda); menunjukan cara-cara untuk menggunakan atau menciptakan ruang politik dalam masyarakat, dari yang mengalami kesulitan untuk melakukan perubahan, hingga menjadi masyarakat yang lebih fleksibel.
Untungnya, saat ini banyak penelitian akademik yang telah dilakukan mengenai bagaimana aksi tanpa kekerasan dapat menghasilkan hasil yang baik. Minat pengkajian terhadap pengetahuan mengenai aksi tanpa kekerasan juga meningkat, seiring dengan mulai nampaknya kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh aksi ini. Anda mungkin tidak akan menemukan tulisan ini di koran-koran, dan anda tidak akan banyak menemukan politisi berbicara mengenai hal ini. Akan tetapi bila anda berbicara mengenai pengelolaan gerakan di tingkat akar rumput dan masyarakat sipil di dunia, mereka akan memberitahukan hal ini kepada anda. Mereka mengakui bahwa masyarakat merupakan agen perubahan, dan perubahan struktural yang berlangsung dari bawah ke atas. Masyarakat tidak menunggu seseorang untuk memimpin mereka, karena mereka mengerti bahwa mayoritas pemerintah dan pemimpin korporasi tidak akan mengambil kepemimpinan itu. Bahkan ketika masyarakat terpecah belah, keduanya— pemerintah dan pemimpin korporasi—akan kesulitan untuk mengambil tanggung jawab itu.
Dalam perkembangannya, terdapat peningkatan signifikan dari masyarakat di dunia saat ini, untuk memilih aksi tanpa kekerasan (baik dalam isu pemilihan umum, sistem hukum, atau bahkan pengertian yang paling sederhana dari perubahan), sebagai cara yang pragmatis untuk memperkuat komunitas mereka, dalam memperjuangkan hak asasi, kebebasan, keadilan, tranparansi, hak perempuan, masyarakat adat, hak minoritas, dan perlindungan lingkungan. Terlepas dari keragaman tujuan dari suatu aksi tanpa kekerasan, prasyarat bagi aksi tanpa kekerasan adalah sama, yakni menata ulang konsep kekuasaan dalam sudut pandang masyarakat. Membagikan pengetahuan ini, dan membangun kesadaran masyarakat akan kekuatannya, menjadi tugas yang penting, demi lahirnya perubahan dalam masyarakat. [ ] 5 © 2008 Hardy Merriman. *Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.