ABSTRAK
Evi Linda Lestari, 2015. SKRIPSI. Judul: “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan“Activity Based Costing” (Studi Kasus Pada CV. PATT ENGINEERING)” Pembimbing : Hj.Meldona,SE.,MM.,AK. Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Activity Based Costing.
Aktivitas biaya produksi berperan dalam menentukan perhitungan harga pokok produksi dan menghasilkan penetapan harga jual yang tepat. Pengelolaan biaya seperti penggunaan Activity Based Costing (ABC) berperan dalam penentuan harga pokok produksi. Activity Based Costing (ABC) dapat membantu menganalisis perhitungan apabila data terjadi overcost dan undercost pada setiap produk. Dari latar belakang inilah perlu dilakukan penelitian yang berjudul” analisis penentuan harga pokok produksi berdasarkan“Activity Based Costing (ABC)” (Studi kasus pada CV. PATT ENGINEERING)” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Adapun tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok; kelompok pertama meliputi, mengidentifikasi aktifitas, menentukan biaya terkait, mengelompokkan aktivitas yang seragam, menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan. Tahapan kedua meliputi: perhitungan biaya pembebanan (overhead costing) pada tiap aktivitas, dan tahap ketiga menghitung dan membandingkan biaya produksi dengan menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing, mengetahui terjadinya overcost dan undercost produk. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produksi menggunakan Activity Based Costing (ABC) pada CV. PATT ENGINEERING lebih akurat di bandingkan menggunakan metode tradisional. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan hasil analisis penentuan harga pokok produksi pada masing-masing produk yang dihitung dengan metode tradisional dan Activity Based Costing (ABC), untuk hasil data yang mengalami undercost adalah jenis EMT Poertable Rp -597.392,18; EMT TM Rp.-1.051.691,69; EVM Rp.-285.445,24; TFS Rp.-310.704,65. Sedangkan hasil data yang mengalami overcost adalah produk EMT Panel Rp.18.532,56; DTF Online (5Slave) Rp. 1.251.192,00; Rp.VIM 329.367, 81. Pendahuluan Industri produk elektronik merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik terus meningkat sejalan dengan banyaknya permintaan barang elektronik oleh masyarakat sehingga dapat menunjang berbagai aktifitas. Pihak manajemen perusahaan agar lebih efisien dan kompetitif yaitu dengan menerapkan strategi yang tepat dalam menjalankan perusahaan dan menciptakan suatu keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Selain itu perusahaan harus memiliki daya saing yang tinggi yaitu berkaitan dengan kualitas, biaya-biaya pengiriman dan pelayanan (Faridah, 2011).
Dimana biaya yang dibebankan pada produk tidak overcosted (dibebani biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga tidak undercosted (dibebani biaya kurang dari yang seharusnya) sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual produk yang bersaing atau bahkan lebih murah dibandingkan pesaing dengan kualitas yang sama (Kotler, 2008). Informasi dan pengumpulan biaya produksi akan menentukan perhitungan harga pokok produksi dan menghasilkan penetapan harga jual yang tepat. Sistem biaya yang dapat memberikan informasi
biaya dan menentukan besarnya biaya sangat diperlukan dalam
permasalahan ini. Penentuan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing (ABC) dilakukan untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat memberikan analisis biaya yang detail. Dalam penelitiann ini akan mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode tradisional dan metode activity based costing. Dan membandingan antara metode tradisional dan activity based costing sehingga dapat menentuhan harga pokok produksi lebih akurat pada CV. PATT ENGINEERING. menurut Mulyadi menyediakan informasi
(2006:25) lengkap
activity based tentang
costing
aktivitas
merupakan metode yang
untuk memungkinkan personil
perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Hongren (2008) mendefinisikan ABC sebagai berikut : “ABC (Activity Based Costing) sebagai suatu metode perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.” Sedangkan Garrison, Noreen dan Brewer (2006) menjelaskan bahwa : “Activity perhitungan manajer
Based
Costing (ABC) adalah metode
biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan
untuk
keputusan
strategis
informasi biaya bagi
dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif adalah metode analisis yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, sistematik, dan akurat mengenai suatu objek penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi, menyiapkan, mengolah data lalu menganalisis dan menghasilkan kesimpulan dan pembuatan saran. Lokasi penelitian dilakukan pada CV. PATT ENGINEERING yang terletak di Jalan Raya Sempal Wadak KM. 1 Kecamatan Bululawang-Kabupaten Malang. Objek penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas produksi yang berpengaruh pada biaya, baik biaya langsung
maupun biaya tidak langsung. Biaya harga pokok produksi yang menjadi fokus dalam pembuatan EMT Portable, EMT TM, EMT Panel, DTF Online (5 Slave), VIM, EVM, TVS. untuk mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik secara tepat dan akurat.
Pembahasan Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan metode tradisional dan metode ActivityBased Costing System. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh suatu penjelasan bahwa CV. PATT ENGINEERING belum menerapkan Activity-Based Costing untuk menghitung harga pokok produksi. Selama ini CV. PATT ENGINEERING masih menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode tradisional. Dalam bab ini akan dibahas mengenai penerapan Activity-Based Costing untuk menghitung harga pokok produksi. 1.
Penentuan Harga Pokok Produksi Metode Tradisional Produksi perusahaan menggunakan dasar pemakain pemakaian bahan baku utama. Perusahaan mempresentasekan besarnya pemakaian bahan baku utama untuk setiap produk, setelah itu hasil dari perhitungan tersebut dijadikan acuan untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung, yaitu dengan cara mengalikan prosentase pemakaian bahan baku utama pada setiap produk dengan jumlah biaya tidak langsung. Adapun rincian perhitungan biaya overhead per-unit EMT Portable, EMT TM, EMT Panel, DTF Online (5 Slave), VIM, EVM, TVS.
Selanjutnya perusahaan melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menjumlahkan semua sumber daya yang dipakai dalam setahun untuk setiap produk yang diproduksi lalu
bagi dengan jumlah masing- masing produk dalam satuan unit . Biaya – biaya sumber daya tersebut adalah biaya bahan baku utama, biaya bahan baku penunjang , biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung ( BOP ). Untuk lebih jelas nya tabel dibawah ini akan memberikan gambaran perhitungan harga pokok produksi per unit untuk setiap produk obyek.
2.
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity-Based Costing pada CV. PATT ENGINEERING 2013 Dalam melakukan harga pokok produksi dengan metode activity based costing ada
beberapa tahap yaitu mengidentifikasi dan mendefenisikan aktivitas dan pusat aktivitas, mengklasifikasi aktivitas biaya kedalam berbagi aktivitas, mengidentifikasi cost driver, menentukan tarif per unit cost driver, membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. Metode activity based costing ada beberapa tahap: 1.
Mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada pada proses produksi dengan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian gudang, bagian maintanance dan bagian produksi.
2.
Mengklasifikasi aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas di maksudkan untuk lebih memudahkan dalam penentuan harga pokok produksi dan penentuan cost driver sepert unit level activities, batch related activity cost, facility level activities.
3.
Identifikasi Cost Driver seperti : Jam Koordinasi, Jam Kerja Mesin, Jam Soldering, jam quality control, Unit Produksi.
4.
Setelah menentukan tingkat aktivitas dan cost driver maka langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan aktivitas-aktivitas kedalam kelompok biaya sejenis (cost pool).
Pengelompokkan biaya ini dilakuan untuk menghwmat waktu dan biaya sehingga tidak perlu untuk menghitung tarif overhead untuk setiap aktivitas 5.
Pembebanan biaya ke produk Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penerapan activity based costing. Pada tahap ini berbagai aktivitas akan dibebankan ke setiap produk. Besarny alokasi biaya overhead pada masing-masing produk diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead masing-masing penggerak biaya dengan besarnya penggerak biaya yang dikonsumsi untuk setiap produk. Hasil peritungan ini dapat memperlihatkan pembebanan biaya produksi tidak langsung untuk masingmasing jenis produk. Salah satu perhitungan pembebanan biaya tidak langsung pada produk Portable.
Setelah perhitungan pembebanan biaya produksi tidak langsung untuk masing-masing jenis produk. Langkah selanjutnya “rekapitulasi pembebanan biaya produksi tidak langsung ke produk”.
* Keterangan: Hasil Penjumlahan biaya produksi tidak langsung terdapat selisih 7,5 % dengan nilai sesungguhnya yaitu
Rp.135.206.000.00. Setelah membebankan biaya tidak
langsung ke objek biaya, selanjutnya ditambahkan dengan biaya langsung untuk objek biaya tersebut sehingga diperoleh jumlah biaya produksi untuk biaya yang dihitung.
Biaya kerja tidak langsung berdasarkan aktivitas merupakan akumulasi biaya produksi tidak langsung menggunakan activity based costing. Setelah menghitung harga pokok produksi menggunakan activity based costing langkah selanjutnya membandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode tradisional, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara kedua perhitungan tersebut, dan dapat dijadikan dasar evaluasi bagi pihak manajemen dalam pertimbangan pengambilan keputusan.
3.
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional dan Metode Activity Based Costing
Perbedaan harga pokok produksi berdasarkan metode tradisional dan metode activity based costing. Perbandingan harga pokok produksi metode tradisional dengan METODE Activity-Based Costing pada CV PATT ENGINEERING tahun 2013 Metode Activity-Based Jenis Produk Tradisional Per Costing System Selisih (Rp) Nilai kondisi Unit Per Unit EMT Portable 16,660,276.81 17,257,669.99 -597,393.18 Undercost EMT TM 13,635,588.90 14,687,280.59 -1,051,691.69 Undercost EMT Panel 13,834,095.54 13,815,562.98 18,532.56 Overcost 27,253,741.46 DTF Online (5 Slave) 28,504,933.46 1,251,192.00 Overcost VIM 6,774,825.96 6,445,458.15 329,367.81 Overcost EVM 3,420,682.67 3,706,127.91 -285,445.24 Undercost TVS 1,301,200.02 1,611,904.67 -310,704.65 Undercost Sumber: Data sekunder telah diolah Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok produksi dengan metode tradisional untuk EMT Poertable sebesar Rp.16,660,276.81, EMT TM sebesar Rp.21,460,535.90, EMT Panel adalah sebesar Rp.19,063,694.62, DTF Online (5Slave) sebesar Rp.11,239,464.6, VIM sebesar Rp.15,433,268.85, EVM sebesar Rp.13,985,604.10 dan untuk TVS sebesar Rp.14,345,123.60. Dari
hasil
tersebut
jika
dibandingkan dengan metode tradisonal, maka Activity-Based Costing memberikan hasil yang lebih besar untuk produk EMT Panel, DTF Online (5 Slave),VIM, sedangkan produk EMT Portable, EMT TM, EVM dan TVS memberikan hasil yang lebih kecil.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang penulis lakukan di CV PATT ENGINEERING, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu 1. CV. PATT ENGINEERING menggunakan metode tradisional dalam perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan satu jenis cost driver jam tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead ke masing-masing produk. Hasil yang diperoleh untuk harga pokok produksi EMT Portable sebesar Rp.16.660.276,81 ,EMT TM sebesar Rp13.635.588,90 EMT Panel sebesar Rp.13.834.095,54 DTF Online (5 Slave )
sebesar Rp.28.504.993,46 VIM sebesar Rp 6.774.825,96 EVM sebesar Rp. 3.420.682,67 dan TVS sebesar Rp. 1.301.200.02. 2. Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver yakni jumlah jam koodinasi, jam soldering, jam kerja mesin, jam quality control dan unit produksi. Dari perhitungan dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga
pokok produksi dari perhitungan
menggunakan metode ABC untuk EMT Poertable sebesar Rp.17.257.669,99 EMT TM sebesar Rp. 14.687.280,59 EMT Panel adalah sebesar Rp. 13.815.562,98 DTF Online (5 Slave) sebesar Rp. 27.253.741,46 VIM sebesar Rp. 6.445.458,15 EVM sebesar Rp. 3.706.127,91 dan untuk TVS sebesar Rp. 1.611.904, 67. 3. Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi dengan menggunakan metode tradisional dengan metode Activity-Based Costing, disebabkan
karena
pembebanan
biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Pada metode tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead pabrik. Pada metode ActivityBased Costing, Biaya overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver, sehingga Activity-Based Costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Produk yang mengahasilkan overcost adalah produk EMT Portable, EMT TM, EVM, DAN TVS, dan produk yang kondisi nya undercost EMT TM, EMT Panel dan VIM. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1.
Perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menerapkan metode ABC yang tidak hanya membebankan biaya overhead keproduk berdasarkan unit, tetapi juga berdasarkan batch, produk, dan fasilitas. Apabila pembebanan biaya overhead sesuai dengan konsumsi aktivitas yang sesungguhnya maka harga pokok produksi dapat dihitung secara lebih akurat sehingga hasil perhitungan harga pokok produksi lebih kompetitif yang dapat berimbas pada strategi penetapan harga jual, serta dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan.
2.
Penerapan metode ABC perlu didukung oleh informasi yang dapat menggambarkan semua aktivitas.
3.
CV.PATT ENGINEERING disarankan mengidentifikasi setiap aktivitas yang terjadi dalam pelaksanaan proses produksi, baik aktivitas yang harus dikurangi dan bahkan dihilangkan dari pelaksanaan proses produksi sehingga mengurangu biaya yang harus dapat teridentifikasi bila peusahaan menerapkan metode ABC.
Daftar Pustaka
Faridah Nur, 2011. Analisis Biaya Menurut Variabel Costing untuk Pengambilan Keputusan Jangka Pendek dalam Pesan Khusus Pada PT. Sermani Steel di Makasar. Kotler Philip, 2008. Manajemen Pemasaran jilid 1 edisi 13. Erlangga, Jakarta Mulyadi. 2007. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.