1
ABSTRAK Handoyo, Werdho. 2016. Peningkatan Kedisiplinan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesentren Al-Barokah Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 20152016). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Sugiar M. Pd. I.
Kata Kunci: Disiplin. Pondok Pesantren Al-Barokah adalah salah satu pondok yang berusaha menubuhkan nilai kesadaran santri di dalam berdisiplin mengikuti kegiatan pengajian kitab di pesantren. Ditengah banyaknya kegiatan yang diadakan di pesantren, tidak jarang ada sebagian santri yang kurang disiplin. Untuk menumbuhkan jiwa disiplin kepada santri perlu suatu proses yaitu melalui peningkatan kedisiplnan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo sebagai tempat penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo? (2) Bagaimana tindakan pengasuh dalam mendisiplinkan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo? Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data ini diambil dengan teknik wawancara, observasi dan dokmentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kedisiplinan santri dalam mengikuti pengajian kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo ada beberapa santri yang tidak menunjukan perilaku disiplin. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kurangnya kesadaran santri dan menghindari tugas hafalan. Sementara faktor eksternal berupa adanya kegiatan lain yang waktunya bersamaan dan keluar dari pesantren. Sedangkan tindakan pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri menerapkan disiplin preventif dengan menumbuhkan kesadaran dalam diri santri yang diwujudkan dengan menerapkan pendekatan secara kolektif melalui patroli keliling dan sindiran, sedangkan pendekatan secara individu melalui nasehati dan memanggil santri ke ndalem (menghadap pengasuh) secara pribadi.
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini penuh dengan berbagai pelaksanaan kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari yang berlangsung tertib. Di dalam kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan secara rutin itu terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi tolok ukur antara benar dan tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Norma-norma itu terhimpun menjadi sesuatu yang harus dipatuhi karena setiap penyimpangan atau pelangaran akan menimbulkan keresahan, keburukan, dan kehidupanpun berlangsung tidak efektif. Dengan demikian, berarti manusia dituntut untuk mematuhi berbagai ketentuan atau harus hidup secara disiplin sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.1 Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengawal, dan menahan. Beberapa lembaga pendidikan ada yang membangun kedisiplinan dengan menggunakan kekerasan. Padahal tidak harus demikian, dijelaskan bahwa hakikat disiplin adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaiman menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 199.
1
3
lingkungan tertentu.2 Selanjutnya disiplin adalah suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi terhadap perintah-perintah atau larangan yang ada terhadap suatu hal karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan tersebut.3 Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang akan yakin bahwa disiplin akan membawa
manfaat
yang
ditimbulkan
dengan
tindakannya.
Setelah
berperilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Perkembangan sosial anak akan semakin berkembang ketika anak memasuki masa prasekolah, keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan semakin besar sehingga tidak jarang menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan.4 Menipisnya perilaku disiplin pada peserta didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tidak adanya sikap disiplin, tentu saja proses pendidikan tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat jalannya pendidikan. Seorang peserta didik perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain.
2 3
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 45. HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983),
66. 4
Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 86.
4
Beberapa lembaga pendidikan diantaranya pondok pesantren merasa kesulitan dalam menghadapi santri yang sulit diatur, cenderung membantah, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam ini, mendorong penggurus untuk menempuh beberapa cara untuk menanamkan disiplin pada para santri. Fenomena awal yang penulis temukan dan perhatikan sebagai hasil oservasi dan wawancara dengan salah satu pengurus Pondok Pesantren Al-Barokah, bahwa ditengah banyaknya kegiatan yang diadakan di pesantren, ada beberapa santri yang tidak disiplin. Terlihat ketika kegiatan pengajian kitab sudah dimulai masih ada saja beberapa santri yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing, seperti mengantri di kamar mandi, ganti baju, mencari-cari kitab, dan lain sebagainya. Ada juga yang belum pulang dari aktifitasnya diluar pesantren. Selain itu ketika pengajian ba’da subuh akan dimulai biasanya para santri ada juga yang masih tidur. Dan juga ketika liburan para santri ada juga yang terlambat kembali ke pondok, akhirnya mereka tidak mengikuti kegiatan pengajian kitab yang sudah seharusnya mereka ikuti setiap harinya, sebagai kegiatan yang diwajibkan untuk seluruh santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo. Melihat berbagai permasalahan yang timbul terkait kedisiplinan santri di atas, Pondok Pesantren Al-Barokah punya cara tersendiri untuk menumbuhkan perilaku disiplin kepada para santri. Pengasuh yang menjadi sosok karismatik dan mempunyai kewibawaan di lingkungan pesanten mempunyai peran besar dalam meningkatkan kedisiplinan para santrinya.
5
KH. Imam Suyono sebagai seorang pengasuh dan juga pimpinan majlis Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani menjadi tauladan yang sangat disegani oleh seluruh santrinya. Beliau tidak perlu menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan para santri. Dengan tutur kata yang bijak dan penuh kewibawaan, beliau mencoba menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya berperilaku disiplin. Hal itu di anggap akan lebih efektif untuk meningkatkan kedisiplinan para santrinya. Berpijak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang bagaimana peningkatan kedisiplinan santri, dengan mengangkat judul “Peningkatan Kedisiplin Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo).”
B. Fokus Penelitian Mengingat luasnya cakupan pembahasan dan terbatasnya waktu, dana, serta kemampuan penulis, maka penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Pononorogo, yang meliputi kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab, dan tindakan yang dilakukan pengasuh dalam mendisiplinkan para santri.
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka terbentuklah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo? 2. Bagaimana tindakan pengasuh dalam mendisiplinkan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk menjelaskan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo.
2.
Untuk menjelaskan tindakan pengasuh dalam mendisiplinkan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian disini dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu: 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam khazanah pendidikan,
sekaligus dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikirian dalam mengembangkan teori kedisiplinan yang telah ada, khususnya tentang upaya peningkatan kedisiplinan santri.
7
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir dan memperluas pegetahuan serta mendapat pengalaman praktis selama proses penelitian. b. Bagi Pengasuh Untuk menambah khazanah pengetahuan bagi pengasuh dan pengurus pondok pesantren. c. Bagi Santri Akan lebih bersungguh-sungguh dalam meningkatkan kedisiplinan mereka dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab di pesantren. d. Bagi Lembaga (Pesantren) Dapat meningkatkan mutu dan kualitas kedisiplinan santri di dalam mengikuti kegiatan di pesantren.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metodologi dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Analisis dalam penelitin kualitatif cenderung dilaksanakan secara
8
analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif.5 Adapun dalam penelitian ini yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah studi kasus, yaitu suatu ekspresi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, masyarakat.6 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kuaitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan peneliti yang menentukan keseluruhan sekenarionya.7 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh, sekaligus pengumpul data yang berkaitan dengan upaya peningkatan kedisiplinan santri, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang, yaitu seluruh pengurus dan pengasuh pondok pesantren. 3. Lokasi Penelitian Penulis mengambil penelitian ini di Pondok Pesantren AlBarokah Siman Ponorogo. Lembaga ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Al-Barokah merupakan pondok yang berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain di dalam peningkatan kedisiplinan.
5
Lexy Meleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 3. Sumaidi Suryabrata, Metodollogi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 22. 7 Lexy Meleong, Penelitian Kualitatif , 11.
6
9
Di pondok ini tidak menggunakan hukuman untuk mendisiplinkan santrinya, melainkan dengan menumbuhkan kesadaran. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Yang dimaksud kata-kata dan tindakan yaitu kata-kata dan tindakan orangorang yang diamati dan diwawancarai, sedangkan sumber data tertulis, seperti foto serta hal-hal lain yang diperlukan merupakan pelengkap dari pengguna metode wawancara dan observasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang berlaku sebagai informan, yang meliputi santri, pengurus, dan pengasuh Pon. Pes. Al-Barokah, sebagai sumber data utama. Sedangkan sumber data sekunder dari penelitian ini adalah dokumentasi, yantu foto-foto yang berkaitan dengan data yang diperlukan. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Tektik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi (document review). Teknik tersebut digunakan peneliti karena fenomena akan dapat mengerti secara baik apabila peneliti melakukan interaksi dengan subjek penelitian dimana penelitian tersebut berlangsung. Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan
10
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang yang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.8 Dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan
teknik
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.9 Dalam penelitian ini, orang-orang yang akan dijadikan informan adalah: 1) KH. Imam Suyono selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo. 2) Pengurus Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo. 3) Santri Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo. Hasil dari informan tersebut ditulis lengkap dengan kode dalam transkip wawancara. b. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian.10 Observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan 8
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), 180. 9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 197. 10 Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, 205.
11
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui oservasi.11 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya peristiwa sehingga observasi berdasarkan objek yang diamati disebut observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat terjadinya suatu peristiwa. Misalnya, peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, dan rangkaian foto.12 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung dengan mengamati keadaan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab, perilaku tidak disipln yang di lakukan santri, tindakan yang dilakukan pengasuh melakukan patroli keliling, dan memberi nasehat kepada santri yang tidak berperilaku disiplin untuk meningkatkan kedisiplinan santri . c.
Teknik Dokumentasi Teknik dekumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data dari sumber non formal, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Rekaman sebagai setiap tulisan atau pertanyaan yang disiapkan oleh atau untuk individu atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara
11 12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ,310. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 18.
12
khusus untuk tujuan tertentu seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.13 Dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil adalah berupa foto-foto yang berkaitan dengan keadaan santri mengikuti kegiatan pengajian kitab dan tindakan pengasuh sedang melakukan patroli keliling dan memberi nasehat kepada santri di santri Pondok Pesantren Al-Barokah. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, mengambarkanya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari dan memuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.14 Teknik analisis data ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Mereka mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian
13
sehingga sampai tuntas, dan datanya
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, 161. 14 Bogdon dan Biklen, Qualitative Research For Education, an Introducction To Theeory And Methods (Boston: Allyn and Bacon, 1992), 153.
13
sampai penuh”. Aktivitas dalam analisis data meliputi data reduction, data display, dan conclution.15 a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data adalah merankum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.16 b.
Penyajian Data (Data Display) Penyajian data adalah penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini, Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan mempermudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya dan berdasaran yang dipahami tersebut.
c.
Penarikan Kesimpulan (Conclusing Data ) Penarikan kesimpulan adalah analisis data terus menerus baik selama maupun sesudah pengupulan data untuk menarik kesimpulan yang dapat menggambarkan pola terjadi.
15 16
Ibid., 19. Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2006), 338
14
Selanjutnya menurut Spradly teknis analisis data dijelaskan dengan tahapan dalam penelitian. Dalam tahap penjelasan dengan teknik pengumpulan data grand tour quetion, analisis data dilakukan dengan analisis domain pada tahap menentukan fokus analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis kompensional. Selanjutnya untuk menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.17 7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.18 Untuk pengecekan keabsahan data, salah satu teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatau yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhaap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi dengan pemanfaatan sumber. Teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
17 18
Ibid., 339. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 175.
15
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal ini dicapai peneliti dengan jalan: a.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b.
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d.
Membandingkan keadaan dan perspektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan.
e.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.19
8. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini terbagi menjadi lima bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Membahas tentang: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab II: Landasan Teori dan Telaah Pstaka
19
Ibid., 178.
16
Membahas tentang: pengertian disiplin, unsur-unsur disiplin, bentuk-bentuk disiplin, fungsi disiplin, cara menumbuhkan disiplin, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin. Bab III: Deskripsi Data Membahas tentang: gambaran umum Pondok Pesantren AlBarokah Siman Ponorogo, yang berisi tentang sejarah singkat berdirinya, letak geografis, visi-misi dan tujuan serta sarana dan prasarana, dan mendeskripsikan peningkatan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al- Barokah Siman Ponorogo. Bab IV: Analisis Data Membahas tentang: analisis dari kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab dan Tindakan Pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri melalui pendekatan secara kolektif dan individu di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo. Bab V: Penutup Membahas tentang: kesimpulan dan saran-saran. Dan setelah lima bab tersebut, kemudian diikuti dengan daftar pustaka, lampiranlampiran, daftar riwayat hidup.
17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin Setiap manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun, tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memungsikan fitrah itulah, ia belajar dari lingkungan dan masyarakat orang dewasa yang mendirikan institusi pendidikan. Proses pendidikan meliputi keseluruhan tingkah laku manusia yang dilakukan demi memperoleh kesinambungan, pertahanan dan peningkatan hidup. Dalam bahasa agama Islam, demi memperoleh ridha Allah SWT, sehingga keseluruhan tingkah laku tersebut membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (ber-akhlaq karimah), atas dasar iman dan percaya kepada Allah SWT dan tanggung jawab pribadi di hari kiamat nanti. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan membuat generasi mampu berbuat bagi kepentingan mereka dan masyarakat. Maka setiap institusi pendidikan niscaya mendambakan dan ikut serta berupaya melahirkan generasi
16
18
penerus (out put) yang selain memiliki keunggulan bersaing untuk menjadi subjek dalam percaturan dunia kerja, juga memiliki kepribadian yang utuh sehingga dapat memakmurkan dan memuliakan kehidupan material dan spiritual diri, keluarga dan masyarakat berdasarkan berdasarkan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pendidikan alat-alat pendidikan (segala sesuatu yang dipergunakan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan), adalah sangat penting keberadaannya. Alat-alat tersebut yang bersifat lahiriyah, seperti kelas, meja, bangku dan sebagainya. Dan juga bersifat bathiniyah seperti kurikulum, metode pengajaran, disiplin seperti suruhan, larangan, ganjaran, hukuman dan anjuran. Disiplin berasal dari bahasa latin discare yang berarti belajar, dari kata ini timbul kata discliplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata disiplin artinya: a.
Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya)
b.
Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib).20 Disiplin adalah tata tertib, ketaatan pada peraturan,21 sedangkan
tata tertib sendiri mempunyai makna peraturan yang harus ditaati
20
21
Hany Mulyati dkk, Pembelajaran Studi Sosial (Bandung: Alfabeta, 2010), 125-126.
Hendro Darmawan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2010), 101.
19
bersama.22 Dalam bukunya Elizabeth dijelaskan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yaitu seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pimpinan. Orang tua dan guru merupakan pimpinan dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.23 Menurut Basuki dan Miftahul Ulum disiplin “sebagai alat pendidikan, berarti segala peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan, maksudnya tiada lain untuk memperbaiki anak didik itu sendiri”.24 Namun sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk terhadap pengawasan dan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.25 Menurut Imam Ahmad Ibnu Nazir “disiplin mempunyai beberapa makna diantaranya, menghukum, melatih, dan mengembangkan control diri sang anak. Disiplin bisa membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami peraturan sehingga ia pun mengerti kapan
22
23
Ibid., 708. Elizabeth G Hurlock, Perkembangan Anak 2 (Jakarta: PT Gelora Aksara Prataman,
1999), 82. 24
Basuki, Miftahul ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2007), 142-143. 25
Hany, Pembelajaran Studi Sosial, 125.
20
saat yang tepat untuk melaksanakan peraturan, dan kapan pula saat mengesampingkan”.26 Disiplin juga diartikan sebagai suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi terhadap perintah-perintah atau larangan yang ada terhadap suatu hal karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan tersebut.27 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto pengertian disiplin adalah “kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya”.28 Marilyn E. Gootman, Ed. D seorang ahli pendidikan dari University Of George di Athens, Amerika, berpendapat bahwa “disiplin membantu anak mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya”.29 Hakikat disiplin adalah suatu ketaatan yang sunggh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaiman menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku didalam suatu lingkungan tertentu. Realisasinya harus terlihat atau menjelma dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yaitu
26
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini (Jogjakarta: Diva Press, 2009), 22. 27
HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983),
66. 28
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 114. 29
Imam Ahmad, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin, 22.
21
perbuatan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.30 Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan akan pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik.31 Selain itu, tujuan dari disiplin tersebut bukan untuk melarang kebebasan atau melakukan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas kemampuannya untuk dikelola. Sebaliknya, kalau berbagai larangan tersebut amat ditekankan kepadanya, seseorang akan merasa terancam dan frustasi serta memberontak, bahkan akan mengalami rasa cemas yang merupakan suatu gejala yang kurang baik dalam pertumbuhan seseorang. Disiplin sendiri akan membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan dari padanya, dan membantunya bagaimana mencapai apa yang diharapkan dari padanya tersebut. Disiplin terjadi bila pengaruh diberikan oleh seseorang yang memberikan rasa aman dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta dicintai, bukan dari orang yang ditakuti dan berkuasa.32 2. Unsur-Unsur Disiplin 30
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 45.
31
Moch. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), 2. 32
Cony Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), 92-93.
22
Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang diharapkan kelompok sosial, mereka harus mempunyai empat unsur pola kepribadian. a. Peraturan sebagai pedoman perilaku Pokok pertama disiplin adalah peraturan-peraturan merupakan pola yang diterapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin diterapkan oleh orang tua, guru, atau orang yang berwenang. Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang bermoral dan disiplin. 1) Peraturan
mempunyai
nilai
pendidikan,
sebab
peraturan
memperkenalkan kepada mereka untuk berperilaku yang disetujui anggota kelompok tertentu. 2) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinnginkan. b. Hukuman untuk pelanggar peraturan Pokok kedua disiplin adalah hukuman. Hukuman dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai: 1) Siksaan dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-undang 2) Keputusan yang dijatuhkan oleh hakim. 3) Hasil atau akibat menghukum.
23
Pelanggaran adalah kenakalan, ketidak patuhan, atau bentuk perilaku buruk yang disengaja, tetapi tidak begitu serius. Variasi pelanggaran, frekuensi keseriusan, dan jenis pelanggaran sangat bervariasi pada berbagai usia dan situasi.33 c. Penghargaan untuk perilaku ysng baik dan sejalan dengan peraturan yang berlaku. Unsur ketiga dari disiplin adalah memberikan penghargaan. Penghargaan berarti tiap bentuk-bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. penghargaan tidak perlu berbentuk materi tetapi berupa kata-kata, pujian, senyuman atau tepukan di panggung yang kesemuanya itu berfungsi untuk: 1) Penghargaan mempunyai nilai mendidik. 2) Penghargaan sebagai motivasi untuk mengulang kembali perilaku yang disetujui oleh sosial. 3) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku itu.34
d. Konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk menyajikan dan memaksanya. Unsur disiplin keempat adalah konsistensi. Kosistensi berarti keseragaman atau stabilitas. Apabila disiplin itu konsisten tidak akan 33
Arief Armai, Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), 131. 34
Hurlock, Perkembangan Anak, 90.
24
ada perubahan untuk menghadapi keutuhan perkembangan yang berubah
namun
sebaliknya
konsistensi
memungkinkan
orang
menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah stabil pada waktu yang bersamaan cukup mempertahankan. Sehingga mereka tidak akan bingung mengenai apa yang diharapkan pada mereka. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, tidak ada bidang dimana konsistensi lebih penting dari pada peraturan yang mana konsistensi tersebut mempunyai tiga fungsi: 1) Mempunyai nilai mendidik yang besar, bila peraturannya konsisten. Ia akan memacu dalam proses pendisiplinan, ini disebabkan karena nilai pendorongnya. 2) Konsistensi mempunyai nilai-nilai motivasi yang kuat. 3) Konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.35
3. Bentuk-Bentuk Disiplin a.
Disiplin Preventif Upaya mengarahkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku, disiplin dalam bentuk ini berupa perintah dan larangan yang ditujukan untuk menjaga agar anak mematuhi peraturan dan menjaganya dari pelanggaran. Pada saat-saat tertentu bisa melalui paksaan.
35
Ibid., 91.
Khususnya
anak-anak
kecil
yang
masih
lemah
25
kepribadiannya dan anak dewasa yang lemah pemikirannya untuk memahami pentingnya peraturan yang ada. b.
Disiplin Kuratif Upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan, disiplin dalam bentuk ini berupa pemberian ganjaran pada anak yang berprestasi, juga dipandang terpuji untuk memotivasi dirinya dan teman-temannya untuk lebih bersemangat untuk berkompetisi dalam kebaikan dan berakhlak mulia. Dan ganjaran yang dipandang baik dalam alam pendidikan seperti pujian guru terhadap prestasi anak yang baik. Dan disiplin kuratif dalam bentuk hukuman tentu diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan yang ada dengan tujuan perbaikan baginya bukan atas dasar menyakiti atau balas dendam. 36
4. Fungsi Disiplin a.
Menata Kehidupan Bersama Manusia adalah makhluk unik yang memiliki sifat, ciri, kepribadian, latar belakang, dan pola pikir yang berbeda-beda. Selain sebagai individu juga sebagai makhluk sosial yang selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar. Kepentingan individu satu tidak berbenturan dengan kepentingan
36
Basuki, Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan , 143.
26
individu yang lain. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan ini membatasi dirinya merugikan orang lain, dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. b.
Membangun Kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, pergaulan, masyarakat, sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku. Kebiasaan itu lamakelamaan masuk kedalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.37
c.
Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang panjang. Salah satunya yaitu melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur, taat, patuh, perlu dibiasakan dan dilatih. Pola hidup seperti itu mustahil
37
Semiawan, Pendidikan Keluarga, 38-39.
27
bisa terbentuk begitu saja. Hal itu memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu. Perlu adanya pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih, bahkan dengan gemblengan yang keras. d.
Pemaksaan Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseoang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan itu. Memang disiplin seperti ini masih dangkal. Akan tetapi, dengan pendampingan guru, pemaksaan, pembiasaan dan latihan dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya. Dari mulamula karena paksaan, kini diakukan karena kesadaran diri, menyentuh kalbunya, merasakan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Diharapkan juga, disiplin ini meningkat menjadi kebiasaan berfikir baik, positif, bermakna, memandang jauh ke depan. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati aturan, melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berfikir yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.38
e.
Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. sisi lain berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman, dorongan
38
Ibid., 45-47.
28
ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi berubah. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi pelanggaran yang sama atau yang lain. Siswa yang lain pun merasa takut melakukan pelanggaran, karena sekolah akan menerapkan sanksi disiplin secara konsisten. Karena itu, sanksi disiplin berupa hukuman tidak boleh dilihat hanya sebagai cara menakut-nakuti atau mengancam supaya orang tidak berani berbuat salah. Sanksi seharusnya sebagai alat pendidikan dan mengandung
unsur pendidikan. Tanpa unsur itu,
hukuman kurang bermanfaat. Menurut Muhaimin dan Addul Majid sebagaiman yang dikutip
Arief Armani, bahwa hukuman yang diberikan haruslah
mengandung makna edukasi, jalan terakhir dari beberapa pendekatan dan metode yang ada serta diberikan seteah anak didik mencapai usia 10 tahun.39 f.
Menciptakan Lingkungan Kondusif Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dapat dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru,
39
Armai, Penagntar Ilmu dan Metodologi, 131-132.
29
dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib, dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan. 5. Cara Menumbuhkan Disiplin Aspek menyeluruh pendisiplinan pada remaja adalah penggunaan strategi pencegahan dan intervensi yang berfokus pada pengembangan rasa tanggung jawab yang terinternalisasi kepada siswa atau peserta didik melalui teknik komunikasi alternatif dan penggunaan akibat realistis dan logis yang kasat mata. ketika kita mendisiplinkan siswa, kita sebenarnya membantu mereka mengembangkan tanggung jawab dan kendali diri. Mudah kita mengenali kebutuhan anak-anak muda untuk menanamkan kendali diri, tetapi ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja mereka benarbenar yakin bahwa mereka tidak memerlukan kendali atau pembatas, dan bahwa tanpa kendali dan batas itu mereka akan baik-baik saja.40 Akan tetapi faktanya adalah, tanpa pembatas remaja akan bertindak diluar batas aturan yang ada. Berkenaan dengan itu berikut ini adalah cara untuk menubuhkan sikap disiplin, diantaranya. a. Mengarahkan Tujuan Hidup Ketika anak masih belia, orang tua dapat mengarahkan mereka agar memiliki tujuan hidup. Cara ini dapat melatih mereka 40
Khalsa, Pengajaran Disiplin, 99.
30
untuk dapat menjalani hidup dengan kedisiplinan sehingga kelak menjadi manusia dewasa yang matang. Orang tua perlu bekerjasama dengan
anak
untuk
mendorong
semangat
mereka
dalam
mengembangkan visi tentang apa yang ingin dicapai. Setelah itu, orang
tua
wajib
mengajarkan
kepada
anak
bagaiman
cara
mencapainya. b. Melatih Kebiasaan yang Positif Kebiasaan positif adalah sarana paling ampuh untuk mencapai kedisiplinan. Jika anak dibiasakan untuk belajar atau kursus keterampilan. Misalnya, setelah pulang dari sekolah, ia tidak akan merasakan kegiatannya sebagai beban. Apalagi ditempat belajar atau kursusnya, anak mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Kebiasaan ini akan membentuk sikap disiplin. Sehingga, anak akan menentukan pola belajar yang efektif dan kemampuan konsentrasi yang baik. c. Memberikan Contoh atau Teladan (uswah) Contoh yang baik tidak hanya datang dari rumah yang rapi dan bersih serta penapilan baik dan rapi, tetapi juga dari kebiasaankebiasaan yang berguna, seperti membersihkan tempat tidur begitu bangun, menyimpan kembali barang-barang yeng selesai dipakai, dan lain sebagainya. Dengan teladan ini, anak akan memahami kedisiplinan. d. Menetapkan Aturan yang Tegas
31
Hendaknya orang tua mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendisiplinkan anak setiap kali berbuat salah. Namun, sebaiknya orang tua mengendalikan emosinya setiap kali berbicara kepada anak yang melanggar suatu aturan. Orang tua hendaknya memilih sanksi
yang sesuai dengan kesalahan anak ketika
menjalankan pendisiplinan. Orang tua juga harus menunjukan cerita dan perhatian yang besar kepada sang anak setelah mendisiplinkan mereka. Dengan demikian, mereka yakin bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh orang tua adalah bukti cinta orang tua kepada anaknya. Terlalu banyak aturan tetapi tidak mempunyai konsistensi akan sia-sia. Lebih baik sedikit aturan tetapi tegas dan tidak dinegosiasikan. Aturan ini terutama menyangkut hal yang penting, seperti narkoba atau alkohol.41 e. Melibatkan Anak untuk Menilai Aturan Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai aturan atau pedoman yang ditetapkan di dalam rumah. Jika ada aturan yang tidak disukai oleh anak, misalnya karena sanksiya terlalu berat, sabaiknya orang tua mengambil sikap kompromi. Terkadang, orang tua juga perlu memberikan keleluasan kepada anak untuk memilih sendiri sanksi bagi kedisiplinan mereka. Dengan begitu, sebenarnya orang tua sedang mengajarkan kepada anak tenteng konsistensi dalam bertindak. 41
Ellys, Kiat Mengasah Emosional Anak (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), 150.
32
f. Memerintahkan Anak Sesuai Kemampuannya Orang tua wajib mengukur sejauh mana bata kemampuan anaknya. Sebab jika orang tua memerintahkan anaknya melebihi batas kemampuannya, itu termasuk tindakan dzalim yang dilarang agama. Ketika orang tua menemukan anaknya tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan di dalam rumah, sebaknya orang tua segera meninjau ulang, apakah aturan yang telah ditetapkan sudah sesuai denga batas kemampuan anak atau belum. Bahkan, jika perlu orang tua menyenangkan kembali kepada anaknya, apakah peraturan itu terasa memberatkan baginya atau tidak.42 Penumbuhan disiplin merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin yang mengacu psikologi pendidikan, hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi dalam penegakkan disiplin berfungsi sebagai petunjuk bagi para guru dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan oleh para guru harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan di kelas.
42
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), 133.
33
2) Mengembangkan budaya disiplin di kelas dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menumbuhkembangkan budaya disiplin di dalam kelas. 3) Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik dalam melaksanakan budaya disiplin di kelas. 4) Menumbuhkembangkan kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin dikelas oleh para guru dan peserta didik di kelas. 5) Menghindari perasaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam menegakkan dan melaksanakan budaya disiplin. Prinsip-prinsip dalam mendisiplinkan kelas tersebut sangat perlu dilakukan, karena disiplin merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku disiplin di kelas. 43 6. Faktor-Faktor yang Mempengruhi Disiplin Tumbuhnya kesadaran terhadap peraturan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor kontrol internal dan faktor kontrol eksternal. a.
Faktor kontrol internal Yang dimaksud dengan faktor kontrol internal adalah pengendalian diri yang timbul dari dalam dirinya sendiri seperti adanya kesadaran untuk menghayati, mengetahui arti pentingnya akan
43
Abdul Hadis, Psikologi Dalam pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2006), 86-87.
34
menumbuhkan sikap positif terhadap peraturan. Maka disiplin akan terlaksana dengan baik. Menurut Grageiy, Savage, dan Duval di dalam bukunya M. Shachib, kontrol internal merupakan kontrol diri yang digunakan untuk mengarahkan perilakunya. b.
Faktor kontrol eksternal Yang dimaksud dengan fator kontrol eksternal adalah pengendalian diri yang timbul dari luar, misalnya dari orang dewasa yang mempunyai wewenang. Dari mereka diharapkan memberikan dorongan untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap peraturan.44
B. Telaah Hasil Penelitian Terahulu Pertama, Mohamad Sofi,45 (21038039) 2012, STAIN Ponorogo. Upaya Meningkatkan Kedisilinan Murid Kelas VII dan VIII Melalui Kegiatan Kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2011-2012. Dari penelitian yang dilakukan Mohamad Sofi, dapat disimpulkan bahwa penanaman kedisiplinan terhadap siswa melalui kegiatan yang
44
45
Shachib, Pola Asuh Orang Tua, 21-22.
Mohamad Sofi, Upaya Meningkatkan Kedisilinan Murid Kelas VII dan VIII Melalui Kegiatan Kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2011-2012 (Ponorogo: 2012), 4.
35
diagendakan yang meliputi latihan rutin pramuka yang wajib diikuti oleh murid yang mengikuti ekstra kurikuler pramuka. Kegiatan dalam pramuka yang termasuk disiplin otoritarian adalah hukuman, pelatihan, upacara, baris-berbaris, pendirian tenda, dan renungan malam. Yang termasuk disiplin permisif adalah keteladanan dan kegiatan ibadah. Sedangkan yang termasuk disiplin demokratis adalah materi disiplin dan amanat pembina. Kedua, Ahmad Muttaqin Abu Madiyan,46 (210308194) 2012, STAIN Ponorogo. Penanaman Nilai-Nilai Kedisiplinan dalam Kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di PC. IPNU Ponorogo.
Dari penelitian yang dilakukan Ahmad Muttaqin Abu Madiyan, dapat disimpulkan bahwa upaya penanaman nilai-nilai kedisiplinan dalam
kegiatan makesta yang dilakukan oleh PC. IPNU adalah adanya figur panitia dan pembiasaan untuk hidup teratur selama kegiatan makesta. Sedangkan faktor pendukungnya adalah materi-materi ruangan, hukuman, dan penghargaan. Faktor penghambatnya adalah terbatasnya waktu pelatihan dan bervariatifnya umur dan jenjang pendidikan peserta kegiatan makesta. Ketiga,
Wahid
Abdillah,47
(210307132)
2010,
STAIN
Ponorogo.Upaya Penegaan Kedisiplinan Ibadah Sholat Pada Santri PP. KH. Syamsudin Ponorogo Tahun Ajaran 2009-2010.
46
Ahmad Muttaqin Abu Madiyan, Penanaman Nilai-Nilai Kedisiplinan dalam Kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di PC. IPNU Ponorogo (Ponorogo: 2012), 4.
36
Dari
penelitian
yang
dilakukan
Wahid
Abdillah,
dapat
disimpulkan bahwa, usaha dari pimpinan dalam menegakan kedisiplinan ibadah adalah dengan mewajibkan shalat fardlu berjama’ah dan juga shalat-shalat sunah. Sedangkan faktor pendukung dalam upaya penegakan kedisiplinan ibadah yakni adanya keteladanan kyai dan tempat ibadah yang nyaman dan dekat asrama. faktor penghambatnya yaitu adanya faktor intern dan ekstern. Adapun usaha-usaha dari pimpinan dalam penegakan kedisiplinan ibadah shalat adalah dengan absensi shalat berjamaah dan hukuman berupa denda. Keempat, Siti Aisyah,48 (243032074) 2003, STAIN Ponorogo. Upaya Qism Al-Amn dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2002-2003. Dari penelitian yang dilakukan Siti Aisyah, dapat disimpulkan bahwa profil tata tertib sudah terstruktur dengan baik dan bentuk pelanggaran ada 3 kriteria yaitu kriteria ringan, sedang, dan berat. Upaya yang dilakukan Qism Al-Amn dalam meningkatkan kedisiplinan santriwati ada 4 cara, yaitu dengan pendekatan secara umum, hukuman, bimbingan
47
Wahid Abdillah, Upaya Penegaan Kedisiplinan Ibadah Sholat Pada Santri PP. KH. Syamsudin Ponorogo Tahun Ajaran 2009-2010 (Ponorogo: 2010), 4.
48
Siti Aisyah, Upaya Qism Al-Amn dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2002-2003 (Ponorogo: 2007), 4.
37
khusus, kerjasama dengan BP sekolah pagi yang usaha-usaha tersebut mempunyai implikasi positif terhadap santriwati. No
Identitas Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1.
Mohamad Sofi, (21038039) 2012, STAIN Ponorogo. Upaya Meningkatkan Kedisilinan Murid Kelas VII dan VIII Melalui Kegiatan Kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo
penggunaan keteladanan dan melalui amanat (nasehat) dari pembina pramuka
Penerapan hukuman kepada para murid yang tidak disiplin
2.
Ahmad Muttaqin Abu Madiyan, (210308194) 2012, Figur panitia sebagai STAIN Ponorogo. Penanaman Nilai-Nilai Kedisiplinan teladan kedisiplinan dalam Kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di PC. IPNU Ponorogo
Menerapkakan hukuman ganjaran
3.
Wahid Abdillah, (210307132) 2010, STAIN Ponorogo.Upaya Penegaan Kedisiplinan Ibadah Sholat Pada Santri PP. KH. Syamsudin Ponorogo
Peningkatan kedisiplinan dengan menerapkan absensi
4.
Siti Aisyah, (243032074) 2003, STAIN Ponorogo. Upaya Qism Al-Amn dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo
Peningkatan kedisiplinan melalui pendekatan secara umum dan khusus
Menerapkan hukuman
dan
38
BAB III DESKRIPSI DATA
A. Data Umum 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Barokah Berdirinya
Pondok
Pesantren
Al-Barokah
diawali
dengan
berdirinya jama’ah Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani. Sebelum mendirikan pondok pesantren KH. Imam Suyono mendirikan jama’ah Manaqib di desa Mangunsuman Siman Ponorogo. Kegiatan Manaqib yang berdiri sejak tahun 1985 itu tidak lepas dari dorongan masyarakat sekitar mangunsuman dan juga guru KH. Imam Suyono sendiri. Pada saat itu KH. Imam Suyono mendapat amanah dari salah satu gurunya yang bernama Kyai Mahfur Hasbullah untuk mendirikan sebuah jama’ah manaqib sebagai wujud pengamalan ilmu. Karena banyaknya dorongan tersebut akhirnya beliau mendirikan jama’ah Manaqib yang diberi nama Jama’ah Manaqib Al-Barokah dan bertempat di mushola depan rumahnya. Seiring berjalannya kegiatan tersebut, beliau menambahkan kegiatan rutinan yang lain seperti Dzikrul Ghofilin dan Sima’an Al-Quran yang diikuti para jama’ah dan juga orang-orang sekitar. Kegiatan yang semakin lama semakin besar jama’ahnya ini menggugah niat hati tetangga beliau untuk menjual tanah di sekitar mushola untuk nantinya dibuat sebuah pesantren. Menanggapi niat mulia
36
39
itu, KH. Imam Suyono bergegas membelinya, dan berniat kuat dalam hati bahwa apa yang diharapkan masyarakat itu akan terwujud nantinya. Barulah pada tahun 1993 atas dukunagan keluarga, masyarakat dan juga guru-guru beliau seperti: KH. Hasyim Sholeh Mayak, Kyai Mahfur Hasbullah, Kyai Khirsudin Joresan, Kyai Mukhlas Hasbullah Coper, Kyai Muhayat Syah, Kyai Khomaruddin, Kyai Mad Watu Congol, Kyai Arsyad Jogja, Kyai Nur Salim Malang, berdirilah sebuah Pondok Pesantren kecil yang diberi nama Al-Barokah, dengan santri berjumlah tujuh orang yang semuanya adalah santri putra. Setelah berdiri pondok pesantren, awalnya beliau hanya menerima santri mukim yang bekerja saja. Seiring berjalannya waktu kemudian banyak dari teman dan kerabat KH. Imam Suyono yang menitipkan anaknya untuk ikut mengaji di pesantren beliau sambil menempuh perguruan tinggi di STAIN Ponorogo. Mulai saat itulah beliau juga menerima santri mukim putra dan putri yang bersetatus pelajar, baik dari tingkat Aliyah ataupun perguruan tinggi. Setelah itu, karena semakin bertambah banyaknya santri kemudian beliau menambah kamar-kamar atau asrama santri yang mulanya hanya 8 kamar putra, kemudian ditambah 9 kamar untuk santri putri. Sejak awal berdiri hingga sekarang beliau tidak pernah meminta bantuan dana dari orang lain. Semua atas kesadaran masyarakat dan para jama’ah yang ikut membantu berdirinya pesantren
40
tersebut. Dan sekarang Pondok Pesantren Al-Barokah telah memiliki 100 santri mukim yang terbagi dari santri putra dan putri.49 2. Visi, Misi, Tujuan Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, Pondok Pesantren AlBarokah memiliki visi dan misi dalam perkembangannya. Adapun visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Al-Barokah tersebut adalah sebagai berikut: Visi Pondok Pesantren Al-Barokah adalah sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an, yakni:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu... (QS. An-Nisa’: 59) Dari potongan ayat di atas berarti visi dari Pondok Pesantren AlBarokah adalah taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasulullah, taat kepada Uli Al-Amri. Sedangkan misinya adalah menumbuhkan jiwa seorang santri yang taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasulullah SAW dan taat kepada Uli Al-Amri (pemimpin) dalam kehidupan sehari-hari.
49
Lihat Transrkip Wawancara Nomor penelitian ini.
01/W/02/IV/2016, dalam
lampiran hasil
41
Tujuan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Al-Barokah adalah mencetak santri yang bertaqwa kepada Allah SWT, mengikuti ajaran Rasulullah dan mentaati perintah Uli Al-Amri (pemimpin) dalam kehidupan sehari-hari.50 3. Letak Geografis Dari hasil yang peneliti dapatkan, lokasi Pondok Pesantren AlBarokah terletak dalam wilayah Kabupaten Ponorogo. Tepatnya di jalan Kawung Gg. II Kelurahan Mangunsuman, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Adapun batas wilayah lokasi tersebut adalah: Sebelah Utara
: Kelurahan PatihanWetan
Sebelah Selatan
: Kelurahan Ronowijayan
Sebelah Timur
: Kelurahan Singosaren
Sebelah Barat
: Kelurahan Kertosari.51
4. Struktur Kepengurusan Untuk mencapai sebuah tujuan, suatau lembaga perlu adanya kepengurusan. Penyusunan struktur ini bertujuan agar mempermudah sistem kerja. Didalam struktur kepengurusan Pondok Pesantren Al50
Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/W/30/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
51
Lihat Transkip Wawancara Nomor 03/W/30/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini.
42
Barokah yang terdapat beberapa tingkatan mulai dari pengasuh pondok pesantren sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pesantren yakni oleh KH. Imam Suyono yang sekaligus sebagai pendiri pondok pesantren. Di bawah pengasuh ada ketua pondok pesantren yang dipegang oleh Ust. Khosinul Minan menantu dari KH. Imam Suyono. Selanjutnya ada ustadz / ustadzah dan lurah pondok, sekretaris, bendahara dan beberapa pengurus bidang diantaranya pengurus bidang keamanan, pengurus bidang kebersihan, pengurus bidang perlengkapan, pengurus bidang kegiatan. Seluruh pengurus tersebut mempunyai tanggung jawab penuh untuk menertibkan santri di pesantren. Adapun anggotanya diambil dari sebagian santri itu sendiri, terutama santri yang sudah lama mukim di pesantren. Kemudian paling bawah dari struktur kepenguruan tersebut adalah seluruh santri putra dan putri.52 5. Sarana Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Pada masing-masing penyelenggaran pendidikan dan pengajaran akan dapat mencapai tujuan apabila sarana dan parasarananya mendukung. Tidak bisa dipungkiri keadaan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga pendidikan sangatlah penting, hal ini tidak lain sebagai
52
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/06/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
43
penunjang terciptanya suasana belajar yang kondusif sehingga proses transfer keilmuan dapat terlaksana dengan maksimal, efektif dan efisien. Sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah di antaranya masjid sebagai tempat melaksanakan ibadah dan juga berlangsungnya beberapa kegiatan santri semisal kegiatan pengajian ba’da subuh, manaqib, dziba’iyah setiap malam jum’at, dan beberapa kegiatan lain. Kemudian ada Asrama santri yang terbagi menjadi dua tempat yaitu untuk asrama santri putra dan putri. Kemudian ada juga kamar mandi santri, tempat parkir, ruang makan, dapur, ruang kelas diniyah, meubel, kantin, dan ruang tamu sebagai tempat berkunjung wali santri yang ingin bertemu dengan anaknya di pesantren. Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Al-Barokah ini belum sepenuhnya mencukupi untuk membantu terlaksananya seluruh kegiatan santri setiap hari, karena masih beberapa sarana dan prasarana yang perlu ditambahkan.53 6. Keadaan Santri dan Ustadz Keadaan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 400 santri, yang terbagi menjadi 100 santri mukim dan 300 santri tidak mukim. Santri yang tidak mukim tidak mengikuti seluruh kegiatan yang ada di pesantren. Mereka hanya mengikuti kegiatan pengajian diniyah yang dilaksanakan mulai ba’da shalat maghrib sampai isya’ (pukul 19.30-20.00). Sementara untuk santri yang mukim wajib 53
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/07/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
44
untuk mengikuti seluruh kegiatan yang sudah ditetapkan oleh penggurus. Sedangkan keadaan ustadz di Pondok Pesantren Al-Barokah ada 11, yang semuanya berasal dari daerah Ponorogo.54 7. Jadwal Kegiatan Santri Dalam kesehariannya santri di Pondok Pesantren Al-Barokah disibukan dengan berbagai kegiatan yang terbagi menjadi empat jenis meliputi kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, dan kegiatan tahunan. Untuk kegiatan harian meliputi ngaji subuh, shalat dhuha, ngaji sorogan Al-Qur’an, dan diniyah. Kegiatan mingguan santri diantaranya dzibaiyah yang dilaksanakan santri putri, dan shalat hajad serta dzikrul ghofilin yang diikuti seluruh santri mukim. Untuk kegiatan bulanan meliputi manaqib dan sima’an Al-Qur’an selain diikuti oleh seluruh santri juga diikuti jamaah dari kalangan masyarakat. Sedangkan kegiatan tahunan yaitu ziarah makam Ponorogo, ziarah wali, haflah akhirussanah, dan manaqib qubro selain menjadi kegiatan wajib santri, juga menjadi kegiatan rutinan dikalangan masyarakat.55Adapun lebih jelasnya jadual kegiatan santri adalah sebagai berikut:
Jadwal kegiatan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Tahun Pelajaran 2015/2016 54
Lihat Transkip Wawancara Nomer 06/W/07/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
55
Lihat Transkip Wawancara Nomor 07/W/20/III/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini.
45
Jenis kegiatan
Harian
Mingguan
No
Nama kegiatan
1.
Ngaji Subuh
05:30 – 06:15
Seluruh santri
2.
Shalat Dhuha
06:15 – 06:25
Seluruh santri
3.
Ngaji Sorogan
17:00 – 17:45
Santri putra
4.
Ngaji Sorogan
14:00 – 15:00
Santri putri
5.
Diniyah
19:30 – 20:00
Seluruh santri
1.
Dzibaiyah
Kamis 20:00 – 21:30
Santri putri
2.
Shalat Hajad
Jum’at 20:00 – 20:30
Seluruh santri
3.
Dzikrul Ghofilin
Selasa 20:00 – 22:00
Seluruh santri
1.
Manaqib
Sabtu legi 20:00 – 24:00
Seluruh santri
2.
Sima’an Al – Qur’an
Jum’at kliwon 05:00 – 18:00
Seluruh santri
1.
Ziarah Makam Ponorogo
15 Sya’ban
Seluruh santri
2.
Ziarah Wali
15 Rojab
Seluruh santri
Akhrir Sya’ban
Seluruh santri
4.
Haflah Akhirussanah Manaqib Kubro
1 Muharram
Seluruh santri
5.
Wisata Religi
Sya’ban
Seluruh santri
Bulanan
Tahunan 3.
Waktu
Pelaksana
B. Data Khusus 1. Data Kedisiplinan Santri dalam Mengikuti Kegiatan Pengajian Kitab
46
Pondok Pesantren Al-Barokah merupakan salah satu dari sekian banyak lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan. Setiap lembaga pendidikan tentunya mempunyai strategi masing-masing untuk mencapai tujuan dalam pendidikannya. Begitu juga Pondok Pesantren Al-Barokah untuk mencetak santri yang taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasulullah SAW, dan taat kepada Uli Al-Amri dalam kehidupan seharihari tentunya punya caranya sendiri. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka dalam keseharianya, seluruh santri di Pondok Pesantren Al-Barokah diarahkan untuk mempunyai pribadi yang disiplin dalam setiap kegiatan yang berlangsung di pesantren. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh KH. Imam Suyono, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah: “Pribadi disiplin bagi santri sangatlah penting. Diharapakan yang namanya santri semakin lama dipondok agar semakin baik juga perilaku dan pribadinya. Santri yang tidak disiplin di pondok kebanyakan ketika sudah boyong (pulang kerumah) juga sulit untuk menjadi masyarakat yang disiplin. Karena kehidupan di pondok pesantren adalah cerminan kehidupan di masyarakat.”56 Pernyataan yang senada dengan yang diutarakan pengasuh di atas juga dikatakan oleh saudara Amin Muzamiludin yang merupakan salah satu pengurus bidang kebersihan sebagai berikut: “Disiplin bagi santri sangat penting sekali, karena tanpa disiplin semua kegiatan tidak akan berjalan baik. seorang santri harus punya kesadaran tentang itu, bahkan disetiap saat dia harusnya sadar dengan pentingnya kedisiplinan.”57 56
Lihat Transkip Wawancara Nomor 08/W/10/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
57
Lihat Transkip Wawancara Nomor 09/W/25/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini.
47
Seluruh kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah menuntut santri-santrinya untuk tertib dan disiplin. Salah satunya adalah kegiatan santri di dalam pengajian kitab. Untuk itu agar semua berjalan tertib, pengurus telah mengaturnya di dalam sebuah jadwal kegiatan. Terlepas dari semua itu, melihat banyaknya kegiatan pengajian kitab yang wajib diikuti santri tidak menutup kemungkinan ada beberapa santri yang merasa terbebani dengan peraturan yang telah ditetapkan. Tersusunnya jadwal kegiatan yang mengatur seluruh kegiatan santri termasuk kegiatan pengajian kitab, ternyata belum bisa membuat seluruh santri disiplin dalam pelaksanaannya. Hal itu tidak mustahil terjadi karena memang seluruh santri punya latar belakang yang berbeda-beda. Saat mereka masuk di pesantren tentu mereka punya sifat bawaan yang berbeda-beda. Ada yang sebelum masuk di pesantren sudah terbiasa berperilaku disiplin di setiap aktivitasnya. Namun ada juga yang tidak terbiasa berperilaku disiplin dalam kesehariannya. Hal ini seperti yang diutarakan KH. Imam Suyono selaku pengasuh di Pon. Pes. Al-Barokah sebagai berikut: “Di dalam mengikuti pengajian kitab, ada santri yang disiplin dan ada yang tidak. Semua itu karena mereka punya sifat bawaan dan pribadi yang berbeda-beda. Saat masuk di pondok ini pasti semua santri punya pengalaman diluar yang berbeda-beda. Ada pengalaman yang baik dan ada juga pengalaman yang tidak baik, dan hal itu pasti akan menjadi salah satu sebab terbentuknya sifat dan kepribadian mereka. Pengalaman yang baik akan menumbuhkan sifat dan pribadi yang baik, dan pengalaman yang
48
buruk maka akan sebaliknya. Tapi menurut saya hal itu sangat wajar terjadi. Karena yang namanya santri, dimanapun tempatnya pasti punya sifat bawaan masing-masing dari pengalamannya sebelum berada di pondok.”58 Keadaan kedisplinan santri dalam kegiatan pengajian kitab mayoritas memang sudah bisa dikatakan disiplin, hanya ada beberapa saja yang belum bisa berperilaku disiplin.59 Hal itu sesuai dengan yang diutarakan oleh saudara Ihsani Amirul Mukninin yang menjabat sebagai pengurus bidang kegiatan sebagai berikut: “Kedisiplinan santri dalam mengikuti ngaji terbilang relatif, ada beberapa yang disiplin dan ada yang tidak. Karena mereka punya pribadi yang berbeda-beda. Namun kalau dilihat dari keseluruhan santri, manyoritas sudah disiplin. Mudah-mudahan setelah lama disini mereka menjadi terbiasa untuk berperilaku disiplin. Bukan hanya terbawa oleh santri yang lain, namun menjadi pribadi yang disiplin.”60 Perilaku tidak disiplin yang dilakukan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab bermacam-macam. Ada beberapa dari mereka yang tidak mengikuti pengajian kitab karena alasan ada kegiatan di luar pesantren yang waktunya bersamaan dengan kegiatan pengajian kitab, misalnya ada kegiatan tambahan di kampus atau di sekolahan. Selain itu ada santri yang tidak mengikuti kegiatan pengajian karena mereka pulang kerumah dan telat kembali ke pesantren. Sesuai dengan yang diutarakan KH. Imam Suyono selaku pengasuh di Pon. Pes. Al-Barokah sebagai berikut: 58
Lihat Transkip Wawancara Nomor 10/W/25/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
59
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 01/D/26/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
60
Lihat Transkip Wawancara Nomor 11/W/25/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini. ini.
49
“Biasanya santri yang tidak mengikuti ngaji itu alasannya karena ada kegiatan di luar pesantren yang waktunya bersamaan. Tapi hal itu masih saya maklumi, asalkan kegiatan mereka di luar juga bermanfaat dan urusannya juga dengan ilmu, misalnya ada jam tambahan di sekolah. Kerena menurut saya kalau mereka tidak ikut ngaji di pesantren tetapi ada kegiatan di luar pesantren yang kaitannya dengan ilmu juga sama saja. Sama-sama mencari ilmu. Tapi kalau alasannya keluar untuk main atau urusan-urusan yang tidak ada kaitannya dengan ilmu ya saya marahi. Terus ada juga santri yang tidak ikut ngaji itu karena kembalinya ke pondok terlambat. Misalnya mereka pamit pulang kerumah dua hari, tapi ternyata sudah dua hari juga belum kembali ke sini, otomatis mereka ketinggalan ngaji.”61 Selain yang telah diutarakan KH. Imam Suyono di atas, ketidak disiplinan santri juga terlihat ketika pengajian kitab sudah akan dimulai masih ada santri yang tidur di kamar. Ada juga beberapa santri yang tidak mengikuti pengajian kitab karena keluar dari pondok, misalnya di warnet, di warung, pulang tanpa seizin pengasuh, dan lain sebagainya yang sebenarnya hal itu tidak begitu penting kalau dibandingkan dengan keutamaan dan manfaatnya mengikuti pengajian kitab. Selain itu ada juga santri yang bersembunyi di ladang sekitar pesantren karena tidak siap kalau disuruh hafalan nadhom atau materi-materi yang lain ketika pengajian berlangsung. Hal ini sebagaimana yang telah dikatakan oleh saudara Mukhlisin yang menjabat sebagai salah satu pengurus bidang kegiatan sebagai berikut: “Ketidak disiplinan santri disini bermacam-macam. misalnya mereka tidak mengikuti nggaji karena keluar kewarung, ngenet, dan ada juga yang pulang tanpa seizin dari pngurus. Ada santri 61
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 12/W/26/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
50
yang malah tidur di kamar, padahal ngaji sudah akan dimulai. Biasanya kalau yang tidur ini ketika waktunya pengajian ba’da subuh. Setelah jama’ah subuh mereka kembali kekamar lagi, bukannya memprsiapkan diri dan segera ketempat pengajian tetapi malah tidur kembali. Selain itu, ada juga santri yang bersembunyi ketika pengajian berlangsung. Mereka biasanya bersembunyi di ladang sekitar pondok karena menghindarai hafalan nadhom, seperti imriti, jurumiyah, dan lain sebagainya. Mereka melakukan itu karena kalau mereka tidak bersembunyi pasti disuruh pengurus untuk berangkat ngaji.”62 Sedangkan dari hasil observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan ketidak disiplinan santri dalam mengikuti pengajian kitab yang sesuai dengan apa yang telah diuraikan di atas sebagai berikut ini: “Malam itu setelah waktu salat maghrib berjamaah, peneliti sedang berada di Pondok Pesantren Al-Barokah. Pada hari sabtu seperti biasa seluruh santri melakaukan kegiatan rutin yaitu diniyah. Seluruh santri sedang bersama-sama menuju ketempat ngajinya masing-masing. Namun demikian masih ada dua santri putra yang baru pulang dari luar pondok, dan setelah peneliti cari tahu ternyata dua santri itu baru saja pulang dari warung untuk sekedar membeli makanan.”63 Selain kejadian yang peneliti temukan di atas terjadi juga hal serupa yang berkaitan dengan ketidak disiplinan santi dalam mengikuti pengajian kitab sebagai berikut ini: “Pada hari minggu malam pukul 19.45 peneliti sedang melakukan observasi di Pondok Pesantren Al-Barokah terkait dengan kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab. Waktu itu seluruh santri sedang melakukan kegiatan diniyah seperti biasa mulai pukul 19.30 sampai pukul 20.00. Namun ketika kegiatan telah berlangsung ditempatnya masing-masing ada seorang santri yang baru datang ke pondok. Otomatis dia sudah ketinggalan untuk mengikuti diniyah lalu santri itu langsung memarkir motornya pelan-pelan dan masuk kekamarnya. Setelah peneliti tanyakan ternyata dia baru saja pulang dari warnet dengan 62
Lihat Transkip Wawancara Nomor 13/W/15/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
63
Lihat Transkip Observasi Nomor 01/O/04/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian ini.
ini.
51
alasan untuk mengerjakan tugas kuliah. Padahal kalau dia bisa membagi waktu hal itu tidak akan terjadi, karena ke warnet bisa dia lakukan disiang hari agar tidak mengganggu kegiatan wajib di pesantren.”64 Berbagai permasalahan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren AlBarokah dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab di atas tentunya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan santri di dalam mencari ilmu di pesantren. Keberhasilan itu tidak akan mereka raih kecuali mereka bisa berperilaku disiplin dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab yang ada di pesantren. Karena dengan mengikuti pengajian kitab tersebut santri akan mendapatkan banyak tambahan pengetahuan. Tetapi kalau mereka tidak disiplin dalam mengikutinya tentu mereka tidak akan mendapatkan tambahan pengetahuan di pesantren. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan saudara M. Abdul Aziz yang merupakan salah satu santri putra di Pon. Pes. Al-Barokah sebagai berikut: “Kedisiplinan santri dalam mengikuti ngaji itu sangat penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan santri di pondok. Semakin dia disiplin, maka dia akan semakin tekun mengaji. Jika dia semakin tekun, maka pengetahuan dan ilmu yang dia dapatakan akan semakin luas, artinya mereka akan semakin pandai. Karena pada dasarnya ilmu itu bisa didapat dengan jalan belajar. Kalau dia disiplin dalam belajar tentulah dia akan memperoleh ilmu (kepandaian) tersebut.”65 Tentunya ketidak disiplinan santri yang telah disebutkan di atas, karena adanya faktor-faktor tertentu. Diantaranya yaitu: faktor pertama, karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kegiatan pengajian kitab.
64 65
ini.
Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/05/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat Transkip Wawancara Nomor 14/W/10/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
52
Santri yang punya kesadaran penuh tentang pentingnya mencari ilmu tentu tidak akan melanggar peraturan yang telah ditentapkan dan merusaha disiplin dalam mengikuti kegiatan yang diwajibkan tersebut. Faktor kedua, yang melatar belakangi santri tidak berperilaku disiplin di dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab, selain kurangnya kesadaran juga karena menghindari tugas hafalan nadzom dari ustadznya. Santri yang belum siap untuk ditagih setoran hafalannya biasanya menghindar dengan cara tidak mengikuti pengajian. Faktor ketiga, ketidak disiplinan santri disebabkan karena mereka terlalu aktif di dalam kegiatan keorganisasian di luar pesantren, sampai akhirnya meninggalkan kegiatan pengajian kitab yang sudah diwajibkan di pesantren. Faktor keempat, terlalu banyak aktivitas di luar pesantren. Hal ini seiring dengan yang disampaikan saudara Mukhlisin, salah satu pengurus bidang kegiatan sebagai berikut: “Faktor-faktor yang membuat santri tidak disiplin diantaranya yaitu kerena kurangnya kesadaran bahwa mengaji itu penting dan wajib diikuti, dan menghindari dari tugas hafalan nadzom. Ada beberapa dari santri yang tidak mengikuti ngaji karena terlalu aktif dalam kegiatan organisasi di luar pondok. Mereka sampai tidak bisa membagi waktunya sendiri. Selain itu ada santri yang meninggalkan mengaji karena terlalu kecapekan dengan aktivitas di luar pondok.”66
2. Data Tindakan yang Dilakukan Pengasuh dalam Mendisiplinkan Santri
66
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 15/W/15/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
53
Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan belajar. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang akan yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang ditimbulkan dengan tindakannya. Setelah berperilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Untuk menumbuhkan jiwa disiplin pada santri perlu suatu proses yaitu melalui peningkatan kedisiplinan. Peningkatan kedisiplinan santri ini merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diambil hikmah dan manfaatnya. Adanya peningkatan kedisiplinan akan menjadikan para santri lebih teratur dan tertib dalam mengikuti berbagai kegiatan di pesantren, salah satunya yaitu kegiatan pengajian kitab. Pelaksanaan peningkatan kedisiplinan santri tersebut dapat melibatkan seluruh elemen yang ada di dalam Pondok Pesantren Al-Barokah mulai dari pengasuh, ketua pondok, lurah, dan juga seluruh pengurus. Hal ini sebagaiman yang telah dikatakan saudara Dedy Ari Munawang selaku lurah Pon. Pes. Al-Barokah sebagai berikut: “Yang berperan dalam peningkatan kedisiplinan santri ini meliputi pengasuh, ketua, dan seluruh pengurus Pon. Pes. Al-Barokah. Untuk mengatur seluruh kegiatan santri ini, kami membentuk struktur kepengurusan yang terbagi dalam beberapa bidang, yaitu
54
bidang kegiatan, bidang keamanan, bidang kebersihan, dan bidang perlengkapan.”67 Pondok Pesantren Al-Barokah adalah salah satu pondok yang berusaha menubuhkan nilai kesadaran kepada santrinya di dalam berdisiplin mengikuti kegiatan pengajian kitab. Peningkatan kedisiplinan santri tersebut melalui beberapa tahap, mulai dari memberikan sindiran, menasehati, dan dipanggil menghadap pengasuh. Hal itu sesuai dengan yang diutarakan saudara Ihsani Amirul Mukminin selaku salah satu pengurus bidang kegiatan sebagai berikut: “Langkah-langkah yang dilakukan mbah Kyai dalam meningkatkan kedisiplinan santri yaitu dengan memberi sindiran disela-sela pengajian berlangsung. Selain itu biasaya mbah Kyai juga nuturi (memberi nasehat) kepada santri-santri yang kurang disiplin dalam mengaji. Dan kalau memang sudah disindir dan dituturi baik-baik tetapi mereka masih tidak berubah juga, maka langkah selanjutnya mbah Kyai langsung memanggil santri tersebut ke ndalem (rumah) untuk diberi nasehat secara pribadi. Kalau sudah sampai ndalem biasanya mbah Kyai langsung memberi dua pilihan kepada santri itu, antara dipulagkan kerumah orang tua atau megikuti nasehat mbah Kyai.”68 Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terkait tahap-tahap yang dilakukan pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri salah satunya yaitu dengan memberikan nasehat pada saat pengajian kitab berlangsung sebagaimana yang dijelaskan berikut ini: “Pagi itu pukul 05.30 di Pondok Pesantren Al-Barokah sedang melaksanakan kegiatan pengajian kitab. Setelah selesai melaksanakan shalat subuh berjamaah seluruh santri bersiap-siap dan berkumpul di serambi masjid untuk melaksanakan kegiatan 67
Lihat Transkip Wawancara Nomor 16/W/27/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
68
Lihat Transkip Wawancara Nomor 17/W/27/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini.
55
wajib yaitu pengajian ba’da subuh. Setelah seluruh santri berkumpul KH. Imam Suyono segera memulai pengajian. Diselasela beliau membacakan isi kitab yang dikaji, beliau menasehati seluruh santri untuk lebih giat lagi menjalankan seluruh kegiatan yang ada di pondok pesantren terutama dalam hal ngaji. Para santri diharapkan sudah bisa berfikir dewasa dan bisa memilih mana kegiatan yang harus diutamakan”69 Sedangkan tindakan secara langsung yang diambil KH. Imam Suyono sebagai pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri diantaranya dengan berkeliling di asrama santri,70 menunggu santri yang belum datang, dan menasehati santri yang tidak disiplin. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan KH. Imam Suyono selaku pengasuh Pon. Pes. Al-Barokah, berikut ini: “Tindakan saya sebagai pengasuh pondok dalam mendisiplinkan santri yaitu dengan berkeliling di asrama-asrama santri untuk membangunkan mereka yang masih tidur. Selagi mereka masih ada di pondok pasti akan saya oprak-oprak (dibangunkan). Selain itu saya juga tidak akan memulai ngaji jika santri belum berkumpul semua. Pokoknya selagi dia masih ada di pondok dan belum datang ditempat ngaji ya saya tunggu. Saya juga tidak menghukum santri yang bandel (tidak disiplin) ngaji, cukup menasehatinya agar mereka sadar bahwa perbuatannya itu tidak benar. Karena para santri itu sudah dewasa, dan saya rasa hal itu akan lebih tepat dan efektif dari pada hukuman fisik.”71 Tindakan
yang
diberikan
pengasuh
dalam
meningkatkan
kedisiplinan santri dalam mengikuti pengajian kitab juga terlihat ketika pagi hari setelah shalat subuh berjamaah, sebagaimana yang peneliti amati sebagai berikut:
69 70
Lihat Transkip Observasi Nomor 03/O/06/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 02/D/06/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. 71
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 18/W/27/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
56
“Waktu itu hari senin pagi ba’da jama’ah shalat subuh peneliti mendapati tindakan langsung yang dilakukan pengasuh dalam mendisiplinkan santri yang tidak disiplin. Setelah selesai shalat subuh berjamaah seluruh santri kembali ke asramanya masingmasing mengambil kitab dan bolpen untuk persiapan pengajian bada subuh. Kemudian mereka segera berkumpul di serambi masjid untuk melaksanakan pengajian kitab. Namun demikian ada beberapa santri yang malah tidur di kamar padahal pengajian akan segera dimulai. Tidak lama kemudian peneliti mendapati KH. Imam Suyono sedang berkeliling di kamar-kamar santri putra memeriksa para santri yang belum berangkat keserambi masjid. Ketika tiba disalah satu kamar beliau mendapati santri yang masih tidur tersebut. Kemudian dengan suaranya yang lantang beliau membangunkan santri itu dan menyuruhnya segera berangkat ke serambi masjid.”72 Selain kejadian di atas, peneliti juga mengamati kejadian yang lain sehubungan dengan tindakan yang diberikan pengasuh kepada santri yang tidak disiplin dalam mengikuti pengajian kitab sebagai berikut: “Siang itu adalah hari rabu dimana peneliti sedang berada di Pondok Pesantren Al-Barokah untuk melakukan observasi. Waktu itu seluruh santri sedang melakukan berbagai aktivitasnya masingmasing. Ada yang baru pulang kuliah, ada yang sedang istirahat, dan ada juga yang sedang kerja bakti (roan) di belakang pesantren. Kemudian peneliti mengamati sebuah tindakan yang dilakukan pengasuh sedang menasehati (nuturi) santri di halaman pesantren. Santri tersebut diberi tindakan oleh pengasuh karena dia sering tidak mengikuti pengajian kitab dengan alasan ada kegiatan di luar pesantren (mengerjakan tugas kuliah). KH. Imam Suyono tidak memberikan hukuman fisik kepada santri tersebut. Beliau hanya menasehatinya untuk bisa membagi waktu, agar tidak terjadi tabrakan antara kegiatan di pesantren dengan kegiatan di luar pesantren.”73 Setiap tindakan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan dan maksudnya sendiri. Begitu juga cara yang dipilih pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah. 72 73
Lihat Transkip Observasi Nomor 04/O/06/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat Transkip Observasi Nomor 05/O/08/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian ini.
57
Pengasuh tidak memilih hukuman fisik sebagai alat untuk mendisiplinkan santrinya yang tidak disiplin. KH. Imam Suyono sebagai seorang pengasuh mencoba menumbuhkan kesadaran santrinya. Hal itu dirasa lebih efektif untuk menumbuhkan jiwa kedisiplinan kepada santri.74 Memang benar pada kenyataannya, pesantren yang menerapkan kedisiplinan
dengan
memberikan
hukuman
ternyata
tidak
bisa
menumbuhkan jiwa disiplin kepada santri yang dihukum. Santri yang dihukum lama-kelamaan akan mengulangi perbuatannya kembali setelah mereka lupa dengan hukuman yang telah mereka terima. Sedangkan metode kesadaran sebagaimana yang diterapkan di Pondok Pesantren AlBarokah akan lebih lama efeknya untuk kedisiplinan santri. Karena santri yang sudah terbangun kesadaannya akan mempunyai jiwa kedisiplinan di dalam dirinya. Sehingga dimanapun dan apapun kegiatannya mereka akan selalu disiplin. Karena kedisiplinan yang mereka lakukan bukan karena paksaan ataupun hukuman, namun benar-benar tumbuh dari dalam diri sendiri. Hal di atas sesuai dengan yang telah disampaikan KH. Imam Suyono selaku pengasuh Pon. Pes. Al-Barokah berikut ini: “Penggunaan metode kesadaran ternyata lebih baik dan akan lebih lama manfaatnya dibandingkan dengan pendisiplinan dengan cara kekerasan. Pemberian hukuman tidak akan menumbuhkan jiwa disiplin pada santri, tetapi hanya sekedar menimbulkan rasa takut dan jera sementara kepada santri yang melanggar. Ketika dia sudah
74
ini.
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 03/D/08/VI/2016, dalam lampiran hasil penelitian
58
lupa dengan hukuman itu, maka mereka akan mengulanginya kembali.”75 Ungkapan yang senada juga dikatakan saudara Ihsani Amirul Mukminin yang merupakan salah satu pengurus bidang kegiatan berikut ini: “Penggunaan metode kesadaran dari seorang Kyai akan lebih menancap di hati santri. ketika sudah ditegur langgsung oleh Kyai, santri akan merasa sungkan dan sadar dengan kesalahannya. Karena sosok seoang Kyai punya kewibawaan dan disegani oleh para santri. Santri yang mendapat teguran dari Kyai akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahannya.”76 Adanya peningkatan kedisiplinan terhadap santri di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Barokah ini mempunyai tujuan yang baik untuk melatih kedisiplinan santri dalam semua kegiatan yang telah ditetapkan, khususnya pengajian kitab. Selain itu segala proses pendisiplinan dan peraturan juga berjutuan melatih para santri untuk menghargai waktu dan membuat santri untuk lebih tahu dan memahami tentang kegiatan mana yang lebih utama untuk dilakukan dan mana kegiatan yang harus ditinggalkan. Dari seluruh elemen pondok pesantren berusaha dan berupaya dalam meningkatkan kedisiplinan santri, guna menumbuhkan kesadaran disiplin dalam diri santri itu sendiri. Dari semua proses pendisiplinan santri tentunya terdapat suatu kendala. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh saudara Dedy Ari Munawang yang menjabat sebagai lurah Pon. Pes. Al-Barokah sebagai berikut: 75
Lihat Transkip Wawancara Nomor 19/W/28/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
76
Lihat Transkip Wawancara Nomor 20/W/28/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
ini. ini.
59
“Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kedisiplinan santri khususnya dalam hal pengajian kitab yaitu, adakalanya sungkan karena sudah sama-sama dewasa. Tekadang ada juga santri yang tidak terima dengan sikap kami sebagai pengurus. Selain itu kendala tersulit adalah ketika ada santri yang sudah kebal teguran (tidak bisa dinasehati).”77 Dari hasil yang telah peneliti temukan di atas, khusunya dalam peningkatan kedisiplinan santri menngikuti kegiatan pengajian kitab yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah, kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab masih kurang. Adapun faktor yang membuat santri tidak disiplin adalah karena kurangnya kesadaran santri bahwa kegiatan pengajian kitab itu sangat penting dan merupakan kegiatan wajib di pesantren yang seharusnya lebih diutamakan dari pada kegiatan yang lain. Sedangkan
tindakan
yang
dilakukan
pengasuh
untuk
mendisiplinkan santri dalam kegiatan pengajian kitab tidak menggunakan metode hukuman (ta’ziran) kerana hal itu dianggap kurang efetif untuk menumbuhkan jiwa kedisiplinan pada santri. Namun tindakan yang dilakukan pengasuh adalah dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya perilaku disiplin, khususnya dalam mengikuti pengajian kitab. Hal itu diwujudkan melalui beberapa tahap, diantaranya adalah dengan memberikan sindiran, menasehati, dan dipanggil menghadap pengasuh secara pribadi. Semua proses peningkatan kedisiplinan dia atas bertujuan
77
ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 21/W/28/IV/2016, dalam lampiran hasil penelitian
60
untuk membentuk dan menumbuhkan jiwa kedisiplinan pada santri di dalam seluruh aktivitas yang mereka lakukan, khususnya dalam mengikuti pengajian kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah.
61
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Kedisiplinan Santri dalam Mengikuti Kegiatan Pengajian Kitab Berdasarkan data yang telah dipaparkan di BAB III dapat diketahui bahwa Pondok Pesantren Al-Barokah juga mempunyai peraturan yang harus ditaati guna menunjang keberhasilan kegiatan yang ada. Seluruh kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah menuntut santri-santrinya untuk tertib dan disiplin. Salah satunya adalah kegiatan santri di dalam pengajian kitab. Kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada sebuah peraturan yang mengatur waktu santri di dalam melakukannya. Untuk itu agar semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan, pengurus mengaturnya di dalam sebuah jadwal kegiatan. Adanya jadwal kegiatan yang disusun oleh pengurus diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengatur berbagai kegiatan yang ada di pesantren dan juga meningkatkan kedisiplinan santri dalam mengikuti seluruh kegiatan yang ada terutama dalam kegiatan pengajian kitab. Namun pada kenyataannya keberadan jadwal kegiatan santri hanya bisa mengatur waktu pelaksanaan kegiatan santri saja, sedangkan kedisiplinan santri di dalam mengikuti pengajian kitab belum maksimal. Secara keseluruhan mayoritas santri sudah bisa disiplin dalam mengikuti pengajian kitab. Namun ternyata masih ada beberapa santri yang belum bisa disiplin dalam mengikuti kegiatan tersebut.
58
62
Perilaku tidak disiplin yang dilakukan santri dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab bermacam-macam. Mereka tidak mengikuti pengajian kitab diataranya karena kewarung, pulang tanpa izin, tidur di kamar, bersembunyi di belakang pondok, mengikuti kegiatan di luar pesantren. Adapun perilaku tidak disiplin tersebut terjadi karena adanya dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, sebagaimana gambaran di bawah ini:
Kurangnya kesadaran Faktor internal Menghindari tugas hafalan Perilaku tidak disiplin
Faktor eksternal
Kegiatan lain yang waktunya bersamaan Keluar dari pesantren
Gambar 4.1 Faktor Perilaku Tidak Disiplin Santri dalam Mengikuti Kegiatan Pengajian Kitab di Pon. Pes. Al-Barokah Siman Ponorogo
Berbagai permasalahan kedisiplinan di dalam kegiatan pengajian kitab di atas tentunya sangat berpengaaruh terhadap keberhasilan santri di dalam mencari ilmu di pesantren. Keberhasilan itu tidak akan mereka raih kecuali mereka bisa berperilaku disiplin dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab yang ada di pesantren. Karena dengan mengikuti pengajian kitab tersebut santri akan mendapatkan banyak tambahan pengetahuan. Tetapi kalau mereka tidak disiplin dalam mengikutinya tentu mereka tidak akan mendapatkan
63
tambahan pengetahuan di pesantren khususnya pengetahuan tentang ilmu agama. Perilaku tidak disiplin yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren Al-Barokah terjadi karena adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang melatarbelakangi santri tidak berperilaku disiplin, karena santri tersebut kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya mengikuti kegiatan pengajian kitab. Tidak mengikuti karena tidur di kamar menunjukan bahwa mereka tidak punya kesadaran tentang pentingnya pengajian kitab. Begitu juga bersembunyi di belakang pondok untuk menghindari tugas hafalan juga menjadi salah satu faktor internal dari santri itu sendiri. Mereka seharusnya tidak perlu melakukan hal itu, kerena sesungguhnya tugas hafalan yang di terima santri itu untuk menunjang pemahaman mereka sendiri. Apabila mereka menyadari dan mengerti bahwa sesungguhnya ilmu agama itu penting tentunya mereka akan berperilaku disiplin dan bersemangat dalam mengikuti pengajian kitab dan hal-hal tersebut tidak akan mereka lakukan. Sedangkan faktor eksternal yang mendorong santri tidak berperilaku disiplin dalam mengikuti pengajian kitab karena adanya kegiatan lain di luar pesantren yang waktunya bersamaan dengan kegiatan pengajian kitab, misalnya mereka mengikuti kegiatan organisasi yang ada di kampus. Mereka memilih untuk meninggalkan pengajian kitab yang diwajibkan di pesantren. Selain itu kelur dari pesantren juga menjadi faktor ekternal santri tidak disiplin mengikuti pengajian kitab. Mereka meninggalkan ngaji karena keluar untuk ke warung atau ke warnet dengan alasan mengerjakan tugas sekolah.
64
Hal itu sebernaya tidak akan terjadi apabila mereka bisa membagi waktu dengan baik. Mereka tentu bisa menyempatkan waktu lain untuk melakukan kegiatan di luar pesantren tanpa harus meninggalkan pengajian kitab. Dari paparan data di atas dapat diketahui bahwasannya Pondok Pesantren Al-Barokah telah memiliki jadwal kegiatan untuk mengatur seluruh santrinya dalam mengikuti seluruh kegiatan, khususnya pengajian kitab. Namun ternyata masih ada beberapa santri yang tidak disiplin dalam mengikuti pengajian kitab. Padahal kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diwajibkan di Pondok Pesantren Al-Barokah. B. Analisis Tindakan Pengasuh dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Di dalam meningkatkan kedisiplinan sering kali menjadi masalaah yang sangat penting untuk diperhatikan oleh semua pihak di Pondok Pesantren Al-Barokah yang meliputi pengasuh, ketua pondok, lurah, dan juga seluruh pengurus. Semua pihak tersebut bertanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran santri agar berperilaku disiplin dalam semua kegiatan yang berjalan di pesantren, khususnya kegiatan pengajian kitab. Pondok Pesantren Al-Barokah adalah salah satu pondok pesantren yang berusaha menubuhkan kesadaran kepada santrinya untuk meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab. Dalam peningkatan kedisiplinan ini Pondok Pesantren Al-Barokah menerapkan disiplin preventif. Hal itu terlihat dari tindakan pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santrinya. Yang dilakukan oleh pengasuh
65
diantaranya dengan patroli kerkeliling, memberi sindiran, menasehati, dan memanggil santri yang tidak disiplin ke ndalem (menghadap pengasuh) secara pribadi. Adapun gambaran peningkatan kedisiplinan yang dilakukan pengasuh kepada santri bisa dilihat pada gambar berikut:
Patroli keliling
Disiplin Preventif
Pendekatan kolektif
Sindiran Nasehat
Pendekatan individu Dipanggil ke ndalem
Gambar 4.2 Tindakan Pengasuh dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Mengikuti Kegiatan Pengajian Kitab di Pondok Pesantren Al-Barokah
Peningkatkan kedisiplinan dengan pendekatan secara kolektif sebagai bentuk tindakan langsung yang dilakukan pengasuh salah satunya adalah dengan melakukan patroli keliling untuk membangunkan dan menertibkan santri yang belum berangkat ketempat pengajian. Hal itu pengasuh lakukan selain bertujuan untuk mendisiplinkan santri juga sebagai bentuk tanggung jawab seorang kyai yang telah dititipi amanah untuk mendidik santri menjadi lebih baik. Selain melakukan patroli keliling, KH. Imam Suyono juga memberikan sindiran ditengah-tengah pengajian kitab berlangsung. Dengan bahasa beliau sendiri, selain mengaji kitab kegiatan pengajian ba’da subuh
66
beliau memanfaatkan untuk memberi sindiran kepada seluruh santri dan memberikan penjelasan tentang pentingnya berperilaku disiplin dalam seluruh kegiatan khususnya pengajian kitab. Tindakan selanjutnya yang diberikan pengasuh dalam meningkatkan kedisiplinan santri yaitu dengan pendekatan secara individu. Pengasuh memberikan nasehat kepada santri yang ketahuan tidak disiplin. Beliau memberikan nasehat langsung di tempat dimana beliau mendapati santri yang tidak disiplin tersebut. Namun ketika ada santri yang sudah sangat sulit untuk dinasehati dan diatur, beliau langsung mengambil tindakan terakhir dengan memanggil santri tersebut ke ndalem (menghadap pengasuh) secara pribadi. Santri tersebut diberi pilihan untuk tetap tinggal di podok dan mengikuti nasehat kyai atau dipulangkan kerumah orang tua. KH. Imam Suyono selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah tidak menggunakan disiplin kuratif dalam meningkatkan kedisiplinan seluruh santrinya. Beliau tidak menggunakan hukuman fisik kepada santri yang tidak disiplin ataupun memberikan ganjaran kepada santri yang berperilaku disiplin sebagaimana teori disiplin kuratif. Namun beliau menerapkan disiplin preventif dengan memberikan nasehat untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri para santrinya tentang pentingnya kedisiplinan dalam mengikuti pengajian kitab. Hal itu dirasa lebih efektif untuk diterapkan dalam mendisiplinkan santrinya. Pemberian hukuman memang lebih cepat bisa meningkatkan kedisiplinan santri, tetapi perilaku disiplin yang diwujudkan santri bukan dari bentuk kesadaran dari dalam dirinya, melainkan karena
67
mereka merasa terpaksa dan takut dengan hukuman yang diterimanya. Hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa santri tersebut akan mengulangi ketidak disiplinannya kembali setelah rasa takut itu hilang. Sedangkan disiplin preventif dengan menumbuhkan kesadaran santri sebagaimana yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Barokah akan lebih lama efeknya untuk mendisiplikan santri. Karena santri yang sudah terbangun kesadaannya akan mempunyai jiwa kedisiplinan di dalam dirinya. Sehingga dimanapun dan apapun kegiatannya mereka akan selalu disiplin. Karena kedisiplinan yang mereka lakukan bukan karena paksaan ataupun takut dengan hukuman, melainkaan benar-benar tumbuh dari dalam diri santri itu sendiri. Hal itu karena tujuan dari pada disiplin itu sendiri bukan untuk melarang kebebasan atau mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas kemampuannya untuk dikelola. Sebaliknya kalau berbagai larangan dan kekerasan tersebut sangat ditekankan kepadanya, mereka akan merasa terancam dan frustasi serta memberontak atau bahkan akan mengalami rasa cemas yang merupakan suatu gejala yang kurang baik dalam pertumbuhan seseorang. Adanya peningkatan kedisiplinan terhadap santri di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Barokah ini mempunyai tujuan yang baik untuk melatih kedisiplinan santri dalam semua kegiatan yang telah ditetapkan, khususnya pengajian kitab. Selain itu segala proses pendisiplinan dan juga berjutuan melatih para santri untuk menghargai waktu dan membuat santri untuk lebih
68
mengerti dan memahami tentang kegiatan mana yang lebih utama untuk dilakukan dan mana kegiatan yang harus dikalahkan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa peningkatan kedisiplinan yang dilakukan pihak pesantren khususnya pengasuh melalui disiplin preventif dengan menumbuhkan kesadaran dalam pribadi santri itu sendiri. Hal itu diwujudkan dengan
menerapkan pendekatan secara kolektif dan
individu. Pendekatan secaara kolektif diantaranya melalui patroli keliling dan memberikan sindiran. Sedangkan pendekatan secara individu diantaranya dengan menasehati dan memanggil santri yang tidak disiplin ke ndalem (menghadap pengasuh) secara pribadi. Namun jika di lihat dari hasil analisis tersebut ternyata penggunaan disiplin preventif yang diterapkan oleh pengasuh melaluli pendekatan secara kolektif dan individu belum juga dapat mencapai hasil yang maksimal. Kenyataannya masih ada juga santri yang tidak menunjukan perilaku disiplin setelah diterapkannya pendekatan-pendekatan tersebut. Hal itu berarti disiplin preventif yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Barokah masih perlu di evaluasi kembali. Disiplin
kuratif
sendiri
mempunyai
pengertian
peningkatan
kedisiplinan kepada seseorang melalui pemberian ganjaran sebagai apresiasi perilaku tertib terhadap peraturan dan pemberian hukuman sebagai akibat dari perilaku menyimpang dari suatu peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin kuratif tidak selamanya buruk untuk diterapkan. Karena penerapan peraturan
69
tanpa adanya sanksi akan membuat peraturan tersebut mnjadi lemah. Hal itu yang membuat beberapa santri di Pondok Pesantren Al-Barokah kurang memperhatikan pentingnya suatu perilaku disiplin terhadap kegiatan pengajian ktab. Begitu juga pemberian ganjaran sebagai apresiasi terhadap santri yang disiplin juga sangat penting keberadaannya dalam usaha peningkatan kedisiplinan. Pemberian ganjaran bisa mendorong santri untuk lebih bersungguh-sungguh dalam berperilaku disiplin. Karena ganjaran sifatnya adalah menyenangkan dan dapat memotivasi seseorang. Cara mengaplikasikan ganjaran ini bermacam-macam, yaitu bisa berupa pujian, imbalan materi atau hadiah, do’a, dan tanda penghargaan. Dengan pemberian ganjaran kepada santri yang sudah berperilaku disiplin, mungkin para santri lain yang belum disiplin akan termotivasi untuk lebih meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti seluruh kegiatan khususnya pengajian kitab. Sedangkan prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Oleh karena itu agar pendekatan ini tidak terjalankan dengan leluasa, maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan syarat-syarat dalam pemberian hukuman, yaitu: 1). Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih, dan sayang. 2). Harus didasarkan kepada alasan “keharusan”. 3). Harus menimbulkan kesan dihati anak. 4). Harus menimbulkan keinsyafan
70
penyesalan kepada anak didik. 5). diikuti dengan pemberian ma’af dan harapan serta kepercayaan. Dari uraian data di atas peniliti berkesimpulan bahwa peningkatan kedisipinan dengan menggunakan disiplin preventif saja masih belum cukup. Disiplin preventif hanya bisa diterapkan kepada santri yang pada dasarnya sudah memiliki niat yang sungguh-sungguh dalam mengikuti pengajian kitab dan sadar bahwa kegiatan tersebut penting untuk mereka ikuti. Sedangkan untuk beberapa santri yang tidak memiliki kesadaran tentang hal itu, mereka pasti tidak akan berusaha meningkatkan kedisiplinannya. Oleh karena itu sebagai jalan terakhir pengasuh harus menerapkan disiplin kuratif untuk memberi efek jera agar mereka berfikir untuk memperbaiki perilakunya.
71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis data yang peneliti lakukan, akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo dalam mengikuti kegiatan pengajian kitab belum maksimal. Mayorita santri sudah berperilaku disiplin, namun masih ada beberapa santri yang tidak disiplin. Perilaku tidak disiplin tersebut terjadi karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya kurangnya kesadaran dan menghindari tugas hafalan. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya kegiatan lain yang waktunya bersamaan dan keluar dari pesantren. 2. Tidakan yang dilakukan pengasuh dalam mendisiplinkan santri menggunakan disiplin preventif dengan menumbuhkan kesadaran berdisiplin pada santri melalui pendekatan secara kolektif dan pedekatan secara individu. Pendekatan secara kolektif melalui patroli keliling dan memberikan sindiran. Sedangkan pendekatan secara individu diantaranya dengan menasehati, dan memanggil santri ke ndalem (menghadap pengasuh) secara pribadi.
72
B. Saran Berdasarkan temuan peneliti mengenai peningkatan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah, maka peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak terkait sebagai berikut: 1. Bagi pengasuh dan seluruh pengurus Pondok Pesantren Al-Barokah diharapkan
untuk
terus
meningkaatkan
usahanya
di
dalam
meningkatkan kedisiplinan santri dengan penuh kesabaran dan rasa tanggung jawab. 2. Bagi seluruh santri diharapkan untuk lebih meningkatkan perilaku disiplin di dalam seluruh kegiatan yang ada di pesantern khususnya pengajian kitab. Seharusnya para santri memiliki kesadaran disiplin dalam diri bahwa perilaku disiplin itu penting untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
73
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Anshari, HM. Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Armai, Arief. Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Biklen dan Bogdon. Qualitative Research For Education, an Introducction To Theeory And Methods. Boston: Allyn and Bacon, 1992. Darmawan, Hendro. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2010. Departemen Agama Rebublik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahan Departemen Agama RI . Semarang: PT Karya Toha Putra, 2002. Ellys. Kiat Mengasah Emosional Anak. Bandung: Pustaka Hidayah, 2008. Hadis, Abdul. Psikologi Dalam pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Hidayatullah, M. Furqon. Pendidikan Karakter. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak 2. Jakarta: PT Gelora Aksara Prataman, 1999. Ibnu Nizar, Imam Ahmad. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Diva Press, 2009. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Meleong, Lexy. Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Mulyati, Hany, dkk. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta, 2010. Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004. Mustaqim, Abdul. Menjadi Orang Tua Bijak. Bandung: Mizan Pustaka, 2005.
74
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. S. Khalsa, Sirinam. Pengajaran Disiplin dan Harga Diri. Jakarta: Indeks, 2008. Semiawan, Cony. Pendidikan Keluarga Dalam Era Global. Jakarta: PT Prenhalindo, 2002. Shochib, Moch. Pola Asuh Orang Tua Untuk Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005 ---------. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Sumaidi Suryabrata, Metodollogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Ulum, Miftahul dan Basuki. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2007.